Ujian Daring Mendukung Gerakan Go Green dan School Digital
Seiring dengan kemajuan teknologi informasi dengan kemunculan era digital, kini banyak kalanganan sudah memulai mengurangi konsumsi kertas dalam kehidupan sehari-hari. Sebagai contoh, surat-menyurat yang kini dapat menggunakan e-mail, undangan yang berganti dengan e-invitation, buku cetak digantikan dengan ebook, koran-koran dan majalah dapat diakses via media online, pemasaran juga dapat melalui digital marketing, bahkan kegiatan belajar mengajar sudah dapat dilakukan dengan media online seperti ruang guru, kelas kita, rumah belajar, Quipper dan lain sebagainya.
Kemajuan teknologi informasi saat ini sudah seharusnya kita manfaatkan untuk memaksimalkan proses belajar mengajar yang lebih efisien dan menyenangkan, baik bagi guru dan siswa sehingga terciptanya gaya belajar yang efektif dalam meraih keberhasilan pembelajaran.
Beberapa waktu yang lalu, Sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe telah melaksanakan UTS (Ujian Tengah Semester) dengan metode daring dengan menggunakan Google Classroom sebagai upaya mendukung program go greendan school digital. Pelaksanaan ujian dengan sistem online ini juga bertujuan untuk mengurangi penggunaan kertas (paperless) di sekolah terutama dalam proses kegiatan belajar mengajar.
Google Classroom
Google LLC adalah sebuah perusahaan multinasional Amerika Serikat yang berkekhususan pada jasa dan produk internet. Produk-produk tersebut meliputi teknologi pencarian, komputasi web, perangkat lunak, dan periklanan daring (https://id.wikipedia.org/wiki/Google) dengan berbagai aplikasinya yang bermanfaat salah satunya adalah Google Classroom (Ruang Kelas Google) yang dapat kita manfaatkan secara gratis untuk kegiatan belajar-mengajar secara daring.
Google Classroom adalah suatu serambi pembelajaran campuran yang diperuntukkan terhadap setiap ruang lingkup pendidikan yang dimaksudkan untuk menemukan jalan keluar atas kesulitan dalam membuat, membagikan dan menggolong-golongkan setiap penugasan tanpa kertas. Perangkat lunak ini telah diperkenalkan sebagai keistimewaan Google Apps for Education lalu itu disudahi dengan pengeluaran kepada khalayak sejak 12 Agustus 2014. Googlesudah melakukan pemberitahuan mengenai antarmuka pemrograman aplikasi dari sebuah ruang kelas dan sebuah tombol berbagi untuk situs web sehingga pihak kepengelolaan sekolah beserta para pengembang diperkenankan supaya melakukan penerapan lebih lanjut terhadap Google Classroom. (https://id.wikipedia.org/wiki/Google_Classroom).
Google Classroom sebuah fitur yang efisien, mudah digunakan, dan membantu pengajar dalam mengelola tugas. Dengan Classroom, pengajar dapat membuat kelas, mendistribusikan tugas, memberi nilai, mengirim masukan, dan melihat semuanya di satu tempat. Untuk menerapkan pembelajaran paperless atau digital school diperlukan dukungan dan kerjasama berbagai pihak diantaranya orang tua siswa, guru, manajemen sekolah dan masyarakat sehingga diharapkan program ini dapat berjalan dengan baik walaupun masih ditemukan berbagai kendala untuk dicarikan solusinya secara bersama.
Sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe sudah memanfaatkan fitur Google Classroom ini untuk kegiatan belajar mengajar terutama pada pelajaran informatika, Sejarah, Bahasa Indonesia dan beberapa pelajaran lain, sedangkan untuk ujian UTS yang dilaksanakan beberapa waktu lalu, semua pelajaran sudah menggunakan Google Classroom. Berikut foto-foto kegiatan UTS Sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe yang dilaksanakan pada tanggal 30 September sampai dengan 5 Oktober 2019.
Pelaksanaan UTS menggunakan Google Classroomtelah sukses terlaksana walaupun terdapat beberapa kendala pada saat pelaksanaan ujian daring. Permasalahan pertama, koneksi internet yang tidak mampu melayani sambungan untuk sejumlah lebih kurang 450 siswa-siswi SMP dan SMA secara bersamaan karena beberapa faktor yaitu kemampuan perangkat jaringan (wifi, router, modem, switch, kabel, akses point dan mikrotik) yang terpasang kurang capable. Luasnya jangkauan hotspot yang harus dilayani sehingga banyak siswa yang tidak terkoneksi internet. Solusi yang kami ambil yaitu dengan menggunakan tetheringmenggunakan smartphone pengawas atau menggunakan kuota internet siswa sendiri. Untuk penggunaan ujian atau kegiatan belajar mengajar selanjutnya kami akan mengganti atau menambah dengan perangkat-perangkat yang lebih mendukung untuk digunakan secara bersama oleh banyak user.
Kedua, guru-guru yang masih melakukan kesalahan pada saat mengunggah soal ke dalam Google Classroom, sebagai contoh guru tidak menentukan jawaban yang benar, terdapat dua jawaban yang benar, soal tidak bisa diakses karena kesalahan pengaturan waktu, dll. Hal-hal tersebut terjadi mungkin dikarenakan guru-guru yang belum terbiasa menggunakan Google Classroom. Diharapkan dengan membiasakan penggunaan Google Classroomuntuk ujian harian, kuis, dan kegiatan belajar mengajar, guru akan semakin mahir dan terbiasa.Ketiga, siswa-siswi tidak bisa mengakses google account dikarenakan tidak mengingat alamat email dan lupa password. Disarankan agar siswa mencatat alamat email dan password akun googlemereka agar jika lupa dapat dilihat kembali pada buku catatan.
Walaupun masih terdapat beberapa kendala, diharapkan semua pihak terkait dapat mencari solusi agar setiap sekolah dapat menerapkan pembelajaran berbasis digital sehingga dapat mengurangi penggunaan kertas. Sebagai ilustrasi, jumlah siswa 450 orang, jumlah pelajaran 12 pelajaran, jumlah kertas per pelajaran 3 lembar (untuk cetak soal), maka setidaknya dibutuhkan 450x12x3=16.200 lembar kertas atau 32,4 rim. Jika harga kertas 1 rim adalah Rp36.000 maka akan lebih hemat sebesar Rp1.166.400, yang juga berarti mengurangi penebangan pohon dan mendukung program go green dan terbentuk komunitas digital school.
Fizal, Guru informatika SMP/SMA
Editor: Suci Aulia Zahman, S.Pd., MA