Training Kewalikelasan Sekolah Sukma Bangsa “Wali Kelas Zaman Now”
Di zaman yang semakin canggih, seorang guru yang menjabat sebagai wali kelas sekarang dengan mudah mendapatkan informasi baik dari murid maupun orangtua. Kemudahan yang dirasakan tidak sebanding dengan pengalaman-pengalaman guru terdahulu. Seorang guru harus mengecek kondisi atau keadaan siswa jika tidak mendapatkan kabar darinya. Kadang membutuhkan berhari-hari disesuaikan waktu luang guru atau kesempatan untuk mengetahui ketidakhadirannya yang tinggal jauh dari sekolah. Hal ini tidak akan terjadi untuk ukuran kondisi di zaman now. Kemudahan piranti alat komunikasi, wali kelas maupun guru dapat mengecek kondisi dan keberadaan si murid dengan cepat. Hanya dengan sekali tekan tombol. Bahkan di era sekarang banyak guru yang membuat grup kelas menggunakan media social seperti Whatsup dan LINE. Di dalam grup tersebut wali kelas dapat memberikan informasi dan bertukar informasi dengan orangtua dan anak didik.
Dalam mensikapi akan kebutuhan akan informasi, wali kelas bukan hanya melek akan teknologi, akan tetapi perubahan prilaku dari anak didik cenderung berubah dari tahun ke tahunnya. Perubahan perilaku seiring perubahan zaman pun terjadi dan tak terelakkan. Ada yang berubah positif dan ada yang mengarah ke negative. Kita akan bernafas dengan sedikit lega jika memiliki anak didik yang memiliki perilaku yang baik dan pintar dalam pengetahuannya. Sedangkan disisi lainnya, banyak siswa-siswi sekarang mengalami degradasi moral. Sehingga marak terdengar berita-berita yang memprihatinkan di dunia pendidikan seperti yang baru-baru ini kita dengar mengenai pembunuhan seorang guru oleh siswanya sendiri di daerah Sampang, Manado.
Peran Wali Kelas
Bagi seorang wali kelas, siswa sudah seperti anak mereka sendiri. Hal ini dikarenakan merekalah orang tua mereka di sekolah. Jadi segala perkembangan baik akademik maupun perilaku menjadi tanggung jawab mereka sebagai penganti orangtua mereka di rumah. Selaras yang dikatakan oleh Liu & Barnhart (1999) yang mengatakan wali kelas memiliki berbagai peran sebagai pengajar, pemimpin, konselor dan kadang-kadang sebagai pengganti orangtua. Multiperan yang diemban seorang wali kelas menuntut untuk belajar yang tinggi dan memberikan peran yang baik demi perkembangan anak didiknya. Pertumbuhan dan perkembangan siswa ibarat sebuah pohon yang tumbuh dan berkembang dimana ada kerjasama antara guru (wali kelas) sebagai orangtua di sekolah dan orangtua di rumah agar pohon tersebut tumbuh, kokoh, besar, kuat terhadap dinamika perkembangan zaman.
Survei Kewalikelasan
Dalam rangka merespon kebutuhan wali kelas zaman now, sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe melakukan survey kecil-kecilan untuk menemukan fenomena-fenomena yang terjadi di kewalikelasan. Survei yang dilakukan yaitu pada wali kelas yang memangku jabatan di ketiga level baik SD, SMP dan SMA. Walaupun selama ini wali kelas telah menjalankan tugas dan tanggung jawabnya dengan baik, namun perlu dikaji lebih dalam akan kebutuhan, kendala/hambatan, kebahagian yang terjadi selama mereka memangku jabatan ini. Survei ini bukan untuk menjatuhkan atau mencari yang terbaik, akan tetapi kegiatan ini dilakukan untuk perbaikan dan pembelajaran ke depan agar wali kelas dapat bekerja secara efektif dan efisien.
Hasil survey menunjukkan, bahwa wali kelas sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe sangat bahagia memangku jabatan ini. Mereka merasakan waktu kebersamaan, perhatian, hadiah dan lain-lainnya mampu mengobati kelelahan dan setumpuk tugas lainnya selain menjadi guru. Namun, sebagian guru tidak kurang juga menyebutkan bahwa masih ada hambatan/kendala terutama pengetahuang mengenai bullying, memjadi seorang konselor yang baik, mengetahui cara dalam meningkatkan kedisiplinan, terbatasnya waktu kebersamaan, kerjasama dengan orangtua, dan lain sebagainya.
Bagaimanakah seorang wali kelas zaman now menyikapi keadaan saat ini? Apakah tetap menggunakan metode yang lama dalam menjalankannya? Hal tersebut kembali pada diri masing-masing yang memangku jabatan ini. Jika metode lama bisa diterapkan dan sesuai jadi tidak ada salahnya. Akan tetapi jika itu tidak sesuai dengan zaman yang sudah berubah ini dengan perubahan tingkah laku seorang siswa, maka perlu dicari solusi yang baru dan disesuaikan dengan perubahan zaman.
Ketidakpercayaan lingkungan sosial terhadap lembaga pendidikan kerap kali terjadi. Baru-baru ini aja kita mendengar adanya pemukulan seorang kepala sekolah dari wali murid di Lolak Sulawesi Utara dan banyak kasus-kasus lainnya yang menyebabkan terkendalanya lembaga pendidikan ini melakukan program dan kegiatan bagi anak didiknya. Tidak demikian yang terjadi di Negara Finlandia, dimana masyarakat mereka percaya akan lembaga pendidikan dalam mengasuh dan mendidik anak mereka. Hal ini terbukti dari penelitian yang dilakukan oleh Kim Yoo Jin (2016).
Kepercayaan yang tinggi akan sekolah akan membantu guru atau walikelas dalam menjalankan professionalitasnya dengan baik dan lancar sehingga tidak akan terjadi tindakan kekerasan terhadap praktisi pendidikan seperti guru dan kepala sekolah seperti kejadian akhir-akhir ini. (tribunemanado…/2/18)
Untuk merespon hasil survey yang dilakukan sekolah, baru-baru ini di awal bulan Februari, Sekolah mengadakan training kewalikelasan. Adapun dari hasil yang didapat guru masih membutuhkan akannya pelatihan baik dalam memberikan konseling, bimbingan dan bagaimana dalam menjalin hubungan yang baik dengan orangtua.
Peserta training sebanyak 30 guru merupakan wali kelas untuk setiap levelnya yaitu SD, SMP dan SMA. Mereka terlihat antusias mengikuti proses pelatihan yang dilaksanakan selama dua hari yaitu pada tanggal 2 dan 3 Februari 2018 baru-baru ini. Semoga para walikelas dapat mengaplikasikan ilmu dan pengetahuan yang didapat selama training dan mampu mensikapi dinamika yang terjadi pada zaman now sekarang ini baik perubahan siswa, orang tua maupun tuntutan professionalitas sebagai guru dan walikelas. Amien Ya Rabbal Alamin.