Tantangan Guru Matematika di Masa Pandemi Covid-19
Memasuki enam bulan sejak Maret lalu, masa pandemi Covid-19 yang melanda berbagai belahan dunia telah mengubah kebiasaan berbagai aspek kehidupan, tak terkecuali pendidikan formal di sekolah. Oleh karena itu, sekarang metode pembelajaran klasik dengan tatap muka menjadi sebuah kerinduan bagi semua siswa yang selama ini dianggap model pembelajaran andalan dan paling efektif di sekolah. Namun, kini mendadak harus berganti dan berubah drastis dengan model pembelajaran jarak jauh (PJJ) sebagai alternatif physical distancing di tengah pandemi.
Di antara guru berbagai mata pelajaran di sekolah, guru mata pelajaran eksak khususnya matematika mengalami hambatan yang cukup berarti. Mulai dari cara penyampaian materi kepada siswa yang sedikit rumit, hingga selama ini persepsi sebagian besar siswa yang menganggap matematika sulit, terlalu banyak angka, segudang rumus yang harus diingat, dan konten yang terlalu abstrak sehingga kurang diminati oleh banyak siswa, sekalipun pembelajaran sudah dilakukan dalam berbagai metode yang menyenangkan. Dengan pembelajaran tatap muka biasa ditemukan banyak siswa mengalami kesulitan, apalagi jika dilaksanakan dalam skema PJJ. Namun, guru yang hebat adalah guru yang mampu mengubah mindset dan menepis anggapan bahwa matematika itu sulit dipelajari.
Menyikapi hal tersebut, seorang guru matematika tentu perlu berpikir kreatif dan bekerja keras dalam mendesain pembelajaran matematika yang menarik dan menyenangkan bagi siswa, tetapi tetap dalam skema PJJ. CL Dillon and C.N Gunawardena (1995) menyebutkan, tiga hal yang menentukan efektivitas pembelajaran jarak jauh. Pertama, teknologi, dalam hal ini guru dan siswa harus punya akses yang mudah terhadap jaringan dengan waktu seminim mungkin. Kedua, karakteristik guru sebagai pengajar yang memegang peranan penting dalam efektivitas pembelajaran moda daring. Ketiga, karakteristik siswa yang memiliki sifat spesifik yang harus dipahami oleh guru dengan baik.
Menyadari matematika merupakan ilmu yang abstrak dan memiliki karakteristik yang kompleks, mengharuskan guru matematika memperhatikan metode atau gaya penyampaian materi secara tepat kepada siswa, lebih-lebih dalam pembelajaran tanpa tatap muka sehingga tujuan pembelajaran dapat tercapai dengan maksimal. Dienes (1969) menjelaskan bahwa hal-hal yang perlu diperhatikan dalam pembelajaran matematika, antara lain pengetahuan tidak diterima secara pasif namun dibentuk atau ditemukan secara aktif oleh anak, serta siswa mengkonstruksi pengetahuan yang baru melalui proses refleksi terhadap pengetahuan dan keterampilan yang diperoleh, baik yang dilakukan secara fisik maupun mental.
Diawali dengan menyusun rencana pembelajaran ringkas sebagai persiapan PJJ merupakan hal penting dan sangat membantu bagi guru matematika dalam mengoptimalkan pembelajaran. Sekalipun tidak bertatap muka dengan siswa, guru sejatinya tetap menghindari pembelajaran yang mengambang. Karena jika tidak, pembelajaran akan berlangsung tanpa adanya organisasi yang baik yang bermuara pada tidak efektifnya pembelajaran. Dalam penerapan pembelajaran yang efektif setidaknya membutuhkan beberapa hal yang mampu mengakomodir semua aspek yang ada dalam pembelajaran matematika, seperti tujuan pembelajaran, materi yang disampaikan, metode pembelajaran yang sesuai di mana tidak membosankan dan tidak terkesan membebankan siswa, forum diskusi, dan bentuk penugasan siswa.
Demi mengkonkretkan konsep yang abstrak dalam pembelajaran matematika, guru dapat mengintegrasikan media teknologi dalam pembuatan bahan ajar berbasis multimedia yang sesuai dengan gaya belajar siswa. Bahan ajar dapat disusun berupa teks atau video dengan menarik, ringkas, jelas, dan memuat penjelasan materi, contoh soal beserta penyelesaian, serta latihan mandiri secara bertingkat (mudah, sedang, hingga sulit) .
Pengemasan bahan ajar dapat menggunakan berbagai aplikasi multimedia yang mendukung seperti Zoho Show, Sway, Microsoft Office 365, serta Videoscribe, dan Kinemaster yang mampu menyajikan presentasi secara menarik, menampilkan konten dengan cara lebih modern, serta menghasilkan video pembelajaran yang memadukan tema, animasi, dan efek sehingga dapat mewujudkan pencapaian hasil belajar yang komprehensif meliputi ranah afektif, kognitif, dan psikomotorik. Bahan ajar tersebut bisa didapatkan dari media pembelajaran yang sudah tersedia seperti JBClass, Ruang Guru, Quipper, Zenius, Edmodo, Matematika Study Center, SMAtika, m4th-lab, Savemyexam.com, dan lainnya.
Pembelajaran matematika yang menarik juga harus tersedianya forum diskusi antara guru dan siswa. Forum diskusi ini bisa menggunakan media popular seperti WhatsApp, Line, Google Classroom, Microsoft Teams, Shcoology, atau forum diskusi lainnya yang disiapkan Learning Management System (LMS). Forum diskusi ini bertujuan untuk menghidupkan suasana belajar daring sehingga terjalinnya proses komunikasi aktif dan interaktif secara virtual antara guru dan siswa dalam pembelajaran.
Selain itu, pengecekan kehadiran siswa secara online juga diusahakan bervariasi agar menghadirkan suasana pembelajaran yang berbeda setiap pertemuannya. Pengecekan kehadiran dapat dilakukan dengan menggunakan berbagai fitur seperti Google Form, Zoho Form, Mentimeter, dan lainnya. Mengisi presensi kehadiran oleh setiap siswa menjadi amat penting dikarenakan hal ini sebagai penentu kehadiran mereka dalam setiap kelas daring, pun hal ini sebagai bagian dari ikhtiar guru untuk melibatkan siswa secara aktif dalam pembelajran.
Penting bagi guru untuk mewujudkan pembelajaran yang interaktif. Hal ini bertujuan untuk mewujudkan pembelajaran yang menyenangkan sehingga tujuan pembelajaran juga dengan sendirinya dapat tercapai. Terdapat beberapa langkah yang dapat dilakukan guru untuk mencapai hal tersebut. Pertama, melakukan apersepsi di awal pembelajaran karena hal ini merupakan nadi keberhasilan suatu pembelajaran. Munif Chatib (2011) menyatakan bahwa menit-menit pertama dalam proses belajar adalah waktu berharga untuk satu jam pembelajaran selanjutnya. Apersepsi yang tepat membuat siswa merasa relaks dan senang, kondisi ini disebut sebagai kondisi zona alfa yang artinya tahap paling cemerlang proses kreatif otak seseorang. Sehingga sangat disayangkan jika guru tidak melakukan apersepsi di awal pembelajaran, hal ini akan berakibat pada ketidaksiapan siswa dalam mengikuti pembelajaran pada tahapan selanjutnya.
Kedua, hindari penggunaan rentang waktu yang lama saat memberikan informasi karena akan berakibat pada kejenuhan yang dialami siswa sehingga menghilangkan konsentrasi mereka dalam belajar. Ketiga, usahakan selalu memberikan apresiasi dan reward dalam bentuk kata kepada setiap siswa yang sudah merespons diskusi pembelajaran dengan baik. Keempat, sebutkan nama siswa yang kurang terlihat di bilik chat dengan tujuan untuk memberikan rasa peduli, sehingga mereka merasa dihargai keberadaannya sekalipun dalam kelas non tatap muka. Kelima, memberikan instruksi atau informasi dengan jelas, menggugah pembaca untuk meresponsnya, dan tidak menggunakan kalimat singkat yang terkesan kaku. Ada baiknya saat mengomentari respons siswa hendaknya dibarengi dengan kalimat humoris, candaan, dan lain sebagainya sehingga terkesan seperti pembelajaran tatap muka biasanya di kelas. Keenam, berikan waktu jeda sekitar 5-10 menit untuk siswa menenangkan diri di tengah pembelajaran, tetapi tetap menekankan kedisiplinan waktu sebagaimana yang telah diatur di awal pembelajaran.
Terakhir, hal yang tak kalah penting dalam pembelajaran adalah penilaian yang meliputi aspek afektif, kognitif, dan psikomotorik. Untuk penilaian afektif, guru bisa melihat kedisiplinan siswa baik dalam kehadiran maupun dalam mengumpulkan tugas-tugas yang diberikan, serta partisipasi mereka dalam mengikuti proses pembelajaran secara daring dari awal hingga akhir. Untuk penilaian kognitif dapat diperoleh dari hasil kuis, latihan, ulangan, UTS, dan UAS yang bisa dilakukan melalui platfoam digital seperti Quizizz, Kahoot, Google Classroom, Schoology dan lain sebagainya. Sementara penilaian psikomotorik dapat dilihat dari keaktifan siswa dalam mengutarakan pendapatnya melalui bilik komentar, kreativitas siswa dalam mengerjakan tugas bersifat keterampilan seperti pembuatan mind mapping dari sebuah konsep matematika yang telah dipelajari.
Mengingat pandemi yang belum menunjukkan tanda-tanda akan berakhir, maka persiapan belajar bagi seluruh siswa sangat penting untuk dirumuskan dengan tepat oleh guru demi mewujudkan pembelajaran berkualitas bagi setiap siswa. Untuk para guru, teruslah semangat dalam mendesain pembelajaran secara PJJ. Yakinlah kerja keras, keikhlasan, dan doa kita bersama akan menentukan kualitas generasi masa depan yang lebih baik. Tak luput pula hal ini menjadi amalan kebaikan kita di yaumil hisan nantinya. Amiin Ya Rabbal ‘Alamiin.
By : Ernita S. Si (Guru Matematika SMA Sukma Bangsa Lhokseumawe)
*Artikel ini sudah dimuat di acehtrend.com, tanggal 21/9/2020