Ruang Kebersamaan Siswa SMA Sukma Bangsa Lhokseumawe
Siswa SMA Sukma Bangsa Lhokseumawe mengikuti kegiatan Team Building pada Kamis, 24/8/2023 di area selasar sekolah. Kegiatan ini dikemas dengan ragam permainan yang membutuhkan kerjasama tim dalam setiap misinya. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh siswa yang terdiri dari 257 siswa mulai dari kelas X sampai kelas XII. Seluruh guru SMA pun ikut meramaikan kegiatan ini. Kegiatan dilaksanakan mulai pukul 08.00 sampai 13.00 WIB.
“Kita semua disini adalah sama, sama-sama sebagai siswa Sukma yang ingin belajar”. Begitu penuturan Sarlivanti, Kepala Sekolah SMA Sukma Bangsa Lhokseumawe. Benar saja, meskipun di sekolah ini terdiri dari ragam siswa, hal itu bukan menjadi pembatas dalam berkolaborasi. Melalui permainan yang sudah disiapkan, siswa akan berkolaborasi dalam mencapai tujuan yang sama.
Setelah dibuka oleh Kepala Sekolah, kegiatan dilanjutkan dengan senam bersama. Senam dipandu oleh siswa Osis dari departemen olahraga. Seluruh siswa dan guru mengikuti gerakan senam yang ditampilkan. Sesi senam ini merupakan sesi pemanasan sebelum memulai permainan. Seluruh siswa terlihat sangat antusias saat mengikuti gerakan senam yang ada. Siswa pun dapat mengikuti gerakan senamnya karena sudah terbiasa diikuti saat senam akbar di sekolah.
Usai senam, tibalah saatnya untuk pembagian kelompok. Pembagian kelompok dikemas dengan permainan sederhana yang dipandu oleh guru. “Nanti Ibu akan memutar musik, saat musik selesai kalian harus membentuk kelompok sesuai dengan jumlah yang Ibu sebutkan”. Begitulah instruksinya, mulai dari jumlah kelompok dengan jumlah yang kecil, besar, sampai membentuk 20 orang per kelompok. Akhirnya, siswa terbagi menjadi 10 kelompok yang terdiri dari ragam kelas. Hal ini dilakukan agar siswa dapat berkolaborasi dengan seluruh siswa yang ada, tanpa dibatasi oleh kelas tertentu saja.
Permainan yang pertama dimainkan adalah “Ball in Cage”. Permainan ini hanya membutuhkan sangkar dari kawat, bola plastik, dan gagang balon. Peserta dibagi menjadi 10 kelompok. Jumlah pemain dalam permainan ini adalah 10 orang saja. Permainan dibagi menjadi 3 sesi, yaitu dua sesi penyisihan dan 1 sesi final. Sesi penyisihan dimainkan oleh setiap 5 kelompok, dimana dua pemenang di setiap sesi penyisihan akan bermainan di sesi final. Durasi permainan di setiap sesi adalah 20 menit, sehingga total waktu permainan 60 menit. Akan hanya ada 1 pemenang di permainan ini. Penentuan pemenang dari permainan ini dengan melihat jumlah bola terbanyak yang dikeluarkan kelompok dalam 20 menit. Peserta harus mengeluarkan bola dari sangkar kawat yang tersedia dengan menggunakan gagang balon. Kelompok yang paling banyak mengeluarkan bola yang akan memenangkan permainan.
Permainan ini membutuhkan koordinasi dan kerjasama untuk menaikkan bola sampai keujung sangkar tanpa terjatuh dan memasukkannya ke dalam keranjang. Kesabaran dan kepercayaan dengan instruksi teman juga menjadi tantangan disini. Jika semuanya memberikan instruksi, maka koordinasi yang baik tidak akan tercipta. Oleh karena itu perlu ada satu siswa yang dipercaya oleh timnya untuk memberikan instruksi. Cerita perjuangannya ada saja. Ada yang bolanya sudah sampai keujung sangkar, namun terjatuh saat tergesa-gesa memasukkannya ke dalam keranjang. Setiap kelompok memerlukan usaha yang berkali-kali sampai menemukan pola koordinasi yang tepat dalam menjalankan misi pada permainan ini.
Mari kita lanjutkan ke permainan kedua, yaitu “Fly Ball”. Permainan ini hanya membutuhkan tali rafia, bola plastik, dan wadah untuk bola plastik. Teknis permainannya sama seperti sebelumnya. Misinya adalah siswa harus membawa bola dengan tali rafia yang dipegang oleh mereka. Siswa harus membawa bola ke garis yang sudah ditentukan tanpa terjatuh. Kelompok yang paling banyak mengumpulkan bolayang akan memenangkan permainan.
Permainan ini pun tidak kalah seru. Siswa harus saling berkoordinasi agar posisi tali dipegang dengan baik agar bola bisa stabil. Tantangan disini adalah siswa harus berjalan tanpa terburu-buru namun tetap dengan mengejar kecepatan. Kisahnya pun ada saja. Ada kelompok yang terlalu cepat dalam berjalan, sehingga ada temannya yang tidak bisa mengikuti. Akhirnya bola yang dibawa pun tidak stabil dan akhirnya terjatuh. Ada juga kelompok yang berjalan dengan tempo yang cukup santai, namun langkah kaki mereka berjalan beriringan. Pola seperti itu membuat mereka dapat membawa bola tanpa terjatuh.
Permainan ketiga yang dimainkan adalah “Estafet Holahop”. Permainan ini cukup simpel, dimana hanya membutuhkan holahop saja untuk memainkannya. Misinya adalah siswa harus mengestafetkan holahop dari siswa pertama sampai terakhir dengan posisi tangan memegang bahu teman didepannya. Kelompok yang paling cepat selesai mengestafetkan holahop yang akan memenangkan permainan.
Permainan ini memang terbilang cukup simpel, namun kesabaran dan kecepatan tetap menjadi penentu keberhasilan permainan ini. Jika terlalu tergesa-gesa, holahop akan tersangkut ditubuh mereka sehingga akan menghambat permainan. Strategi dalam mengatur urutan pemain juga menjadi perhatian. Siswa perlu mengatur pemainnya dengan tinggi badan yang dari paling kecil sampai yang paling besar atau sebaliknya. Ada kelompok yang memerhatikan itu, ada juga yang tidak. Semua kembali ke taktik masing-masing.
Tibalah ke permainan keempat, yaitu “Chopping Nuts”. Permainan ini juga cukup simpel, hanya membutuhkan sumpit, kacang, dan wadah saja. Siswa akan secara bergantian memasukkan kacang dengan menggunakan sumpit ke wadah yang kosong. Permainan ini memiliki durasi 5 menit saja, sehingga setiap siswa hanya memiliki waktu 30 detik saja. Usai 30 detik, pemain harus diganti dengan siswa selanjutnya.
Permainan ini memerlukan ketenangan dan kesabaran dalam mengambil kacang dengan menggunakan sumpit. Jika siswa terlalu tergesa-gesa, maka mengambil kacang yang berukuran kecil pun akan menjadi hal yang sulit. Pemilihan pemain pun perlu diperhatikan. Tentunya pemainnya harus yang mahir dalam menggunakan sumpit. Suasana permainan ini cukup tenang karena suara yang berlebihan malah akan menjadi tekanan tersendiri bagi siswa yang sedang bermain. Siswa pun harus saling percaya dengan kemampuan temannya. Jika tidak, ungkapan-ungkapan kekecewaan malah akan membuat suasana hati pemain menjadi terganggu.
Kegiatan pun ditutup dengan pembagian hadiah hiburan sebagai bentuk apresiasi atas usaha mereka dalam memenangkan permainan. Semoga melalui ragam permainan yang ada dapat membuat siswa menjadi lebih akrab satu sama lain. Selain itu, banyak makna yang tersirat dari setiap proses yang mereka jalani disetiap permainan. Saya menyadari bahwa koordinasi akan tercipta secara natural ketika kita memiliki tujuan yang sama. Setiap dari kita memerlukan keterbukaan untuk saling mendengarkan dalam mengatur strategi yang diperlukan.
Saling menghormati dan mendengar satu orang yang dianggap menjadi pemimpin juga menjadi hal yang penting dalam mencapai sebuah tujuan. Jika semuanya ingin menjadi pemimpin, lalu siapa yang akan mendengar?. Akhirnya hanya akan menghambat misi bersama yang ingin dicapai. Selain itu, kesabaran akan sebuah proses juga menjadi penentu dalam pencapaian sesuatu. Usaha yang terlalu menggebu juga akan menghambat keberhasilan jika tidak bekerja cerdas dan dilengkapi dengan rasa sabar. Sabar dalam menghargai setiap proses, sabar bahwa sebuah proses tidak akan selalu mudah.
Ungkapan-ungkapan suportif pun perlu untuk saling diberikan. Semua proses harus dirayakan, bahkan kegagalan sekalipun. Bukannya dengan malah mengungkapkan kekesalan kepada partner, melainkan berikan ungkapan suportif untuk membangkitkan emosi positif diantara sesama kita. Jelas Saya ingat selama permainan, salah satu dari setiap kelompok mereka ada yang mengatakan, “Tenang, santai, pelan-pelan aja. Ini hampir selesai. Gak perlu liat orang, liat punya kita sendiri dulu”. Sungguh luar biasa. Saya pun belajar banyak dari kegiatan ini.
Penulis : Aulia Denisa Putri, S.Psi. (Konselor SMA Sukma Bangsa Lhokseumawe)