POLITIK PRAKTIS SISWA
Kontestasi politik yang telah dilaksanakan pada tahun ini setidaknya menyisakan berbagai hal yang patut untuk dibicarakan. Selain menjadi begitu menarik karena memperebutkan kursi nomor wahid di negeri ini, pemilu setiap tahunnya menjadi sorotan karena ada begitu banyak problema yang dihasilkan setelahnya. Sebut saja pemilu super ribet yang terjadi tahun ini dengan perhitungan hasil perolehan suara yang begitu panjang dan melelahkan –sampai harus menginap di TPS- sehingga tak sedikit para petugas yang kemudian harus meregang nyawa akibat kejadian ini.
Menindaklanjuti hal tersebut, edukasi mengenai bagaimana pemilu seharusnya dapat dijalankan perlu kiranya untuk dilakukan. Sekolah sebagai salah satu lembaga pendidikan dapat mengambil peranan besar tentang hal ini. Melakukan praktik pendidikan politik bagi siswa dapat direalisasikan sekolah melalui perkenalan proses pemilu secara real dengan melibatkan siswa secara langsung dan mendesain kegiatan seperti hal pemilu sesungghunya.
Pentingnya Pendidikan Politik bagi Siswa
Menimbang siswa -sebagian berusia 17 tahun- telah masuk dalam daftar pemilih tetap pada pelaksanaan pemilu, maka perlu kiranya siswa diberikan edukasi bagaimana cara berpolitik yang baik dan benar. Sebagaimana yang kita ketahui bahwa selama menuntut ilmu di bangku pendidikan, para siswa sepertinya tak pernah mendapatkan pendidikan politik secara benar. Padahal penanaman konsep politik pada siswa sangat penting untuk dilakukan agar mereka tidak mendapatkan konsep yang salah dan keliru tentang politik itu sendiri. Selain itu, penanaman pendidikan politik juga akan menentukan kesadaran politik bagi siswa yang akan berimbas pada tingginya kesadaran untuk mau berpartisipasi langsung dan mampu mengemban tanggung jawabnya sebagai warga negara yang baik. Karena pada dasarnya tingkat pendidikan memiliki peranan penting dalam meningkatkan kesadaran politik. Semakin tinggi tingkat pendidikan masyarakat maka akan semakin tinggi kesadaran politiknya. Sebaliknya, semakin rendah tingkat pendidikan masyarakat maka semakin rendah pula tingkat kesadaran politiknya (Sudijono: 1995).
Sekolah sebagai lembaga pendidikan dapat menjadi laboratorium pendidikan politik bagi siswa. Karena melalui sekolah guru dapat merencanakan dan menyusun konsep pendidikan politik melalui kurikulum, guru dan lingkungan yang ada sehingga siswa akan lebih mudah mengenal dan mengetahui konsep-konsep politik.
Praktik Politik Siswa
Kurikulum pendidikan di sekolah pada dasarnya dapat dijadikan media pendidikan politik bagi siswa. Hal ini dikarenakan kurikulum di sekolah dirancang memuat berbagai mata pelajaran yang mampu mengedukasi siswa tentang kesadaran politik. Pendidikan kewarganegaraan misalnya yang dapat dijadikan rujukan dan desain untuk memberikan siswa pengetahuan tentang politik. Dalam kurikulum pendidikan kewarganegaraan terdapat beberapa materi politik yang dapat dijadikan bahan baku oleh guru untuk memberikan pemahaman dan informasi kepada siswa mengenai konsep politik sehingga akan menumbuhkembangkan kesadaran politik siswa dan lebih jauhnya akan mendorong siswa untuk berperan serta dalam kegiatan politik baik dalam lingkup kecil seperti sekolah maupun dalam lingkup yang lebih luas yaitu dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa dan bernegara.
Selain melalui mata pelajaran, pendidikan politik siswa juga dapat dikembangkan melalui kegiatan kesiswaan seperti ekstrakurikuler dan organisasi kesiswaan seperti OSIS. OSIS sebagai organisasi terbesar siswa di sekolah dapat menjadi wadah pembelajaran politik bagi siswa, karena di dalam organisasi ini siswa belajar banyak hal terkait dunia politik seperti proses pemilihan ketua OSIS yang dilakukan secara demokrasi oleh siswa. Apalagi jika proses pemilihan ini dikemas dengan sistem pemilu seperti halnya pemilu di masyarakat maka hal ini akan berdampak sangat besar terhadap perkembangan pengetahuan dan pengalaman politik siswa. Proses kepemimpinan dalam menjalankan roda organisasi dan kegiatan latihan dasar kepemimpinan bagi seluruh pengurus organisasi juga merupakan hal terampuh yang mampu memberikan wawasan politik untuk siswa.
Politik ala Siswa Sukma Bangsa Lhokseumawe
Berdasarkan perspektif di atas, Sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe melaksanakan Pemilihan Umum (Pemilu) Ketua dan Wakil Ketua OSIS pada hari ini, Rabu, 23 Oktober 2019 di sekolah tersebut. Pemilu yang dilaksananakan pada hari tersebut merupakan puncak akhir dari rangkaian kontestasi politik yang dilaksanakan setiap tahun bagi seluruh siswa Sukma Bangsa setiap tahunnya. Sebelumnya Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe membuka pendaftaran calon ketua dan wakil ketua OSIS periode 2019-2020 pada 3 Oktober 2019 lalu dan menyatakan dua pasang calon ketua dan wakil ketua OSIS sebagai peserta Pemilu tahun ini, yaitu pasangan 01 Muhammad Hafizd Muttaqin (calon ketua OSIS), M. Yudha Lamkaruna Putra (calon wakil koordinator SMA), dan Azrina Alifa (calon wakil koordinator SMP) serta pasangan 02 M. Haikal Alghiffary (calon ketua OSIS), M. Qushay Assyarif (calon wakil koordinator SMA), dan Defa Rizky Ghaitsan (wakil korrdinator SMP). Selanjutnya debat terbuka antar kandidiat telah dilaksanakan pada Senin, 21 Oktober 2019 dan disaksikan oleh seluruh warga sekolah termasuk para siswa dan dewan guru.
Pemilu sengaja di-setting layaknya pemilu sungguhan yang terjadi di negeri ini dimana setiap siswa diberikan kebebasan berdemokrasi dengan menentukan sendiri pemimpin mereka melalui pengumpulan suara ke TPS yang telah disediakan. Tujuannya untuk memberikan pemahaman bagi para siswa tentang bagaimana politik praktis sesungguhnya terjadi di luar sana dan juga memberikan edukasi politik bagi siswa mengingat saat ini sebagian dari para siswa (yang berumur 17 tahun) akan terlibat langsung pada kontestasi politik di negeri ini.
Setidaknya terdapat 4 TPS untuk menampung sebanyak 507 pemilih yang telah dirilis dalam Daftar Pemilih Tetap (DPT) dari level SD, SMP, dan SMA. Namun, pada saat pengumpulan suara berlangsung, hanya sebanyak 495 pemilih yang ikut berpartisipasi, sisanya tidak sebanyak 12 pemilih tidak memberikan hak suaranya dikarenakan tidak hadir ke sekolah dengan berbagai alasan seperti sakit dan berhalangan. Setelah proses pemungutan suara berlangsung, KPU merilis bahwa kemenangan diraih oleh pasangan 02 (M. Haikal Alghiffary, M. Qushay Assyarif, dan Defa Rizky Ghaitsan) dengan perolehan suara sebanyak 288 suara.
Pemilu kali ini sedikit berbeda dari biasanya, dimana jika pada pemilu tahun-tahun sebelumnya masih menggunakan kertas suara, pada tahun ini pemungutuan suara justru menggunakan aplikasi e-pilketos yang dirancang khusus oleh tim KPU dengan memanfaatkan jaringan internet yang ada di sekolah. Selain untuk mempermudah proses pemungutan suara, penggunaan aplikasi ini juga bertujuan untuk memperkenalkan teknologi dan manfaatnya bagi para siswa serta mengajarkan mereka agar lebih melek dalam memanfaatkan teknologi dan tentunya untuk mewujudkan green school project dengan meminimalisir penggunaan kertas (paperless) di lingkungan Sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe.
Akhirnya, selamat kepada pemimpin baru OSIS Sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe. Semoga dapat menjalankan visi/ misinya dengan sempurna dan tentunya dapat membawa OSIS Sekolah Sukma Bangsa menjadi lebih baik.
Azwar Anas
Pembina OSIS Sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe