PESERTA DIDIK HARUS DIBEKALI DENGAN ILMU MEDIS DASAR P3K
Kesehatan dan keselamatan di jalan raya merupakan salah satu karunia terbesar dan tidak ternilai harganya yang diberikan oleh Tuhan yang Maha Esa kepada kita. Tuhan telah memberikan kita kesehatan jasmani dan rohani untuk dapat beraktivitas setiap hari, segala syukur dan nikmat yang telah diberikan oleh-Nya untuk kita dapat bergerak, bernafas, dan semua kehidupan di dunia wajib kita menjaganya. Semua aktivitas yang kita lakukan semuanya akan hilang jika kita tidak merawatnya.
Di sisi lain, kecelakaan yang tidak kita harapkan tapi sering terjadi di jalan raya. Hal ini merupakan akibat karena kurang hati-hati dalam berkendaraan sehingga akhirnya bertabrakan dengan pengguna jalan lainnya. Bukan hanya di jalan raya, di manapun bisa terjadi kecelakaan baik di air maupun saat beraktivitas olahraga. Siswa/i harus dibekali dengan ilmu medis dasar sebagai pelaku penolong pertama karena menyelamatkan nyawa seseorang berawal dari pertolongan pertama di lapangan, dalam buku Pendidikan Jasmani Olahraga dan Kesehatan (PJOK) Revisi pada bab 9 “Materi Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan (P3K) keselamatan di jalan raya” siswa kelas IX SMP mempelajari dan mempraktekkan langsung ilmu medis dasar yang diberikan oleh guru PJOK. Untuk mengajari P3K kepada peserta didik kita, sebagai guru harus memiliki ilmu pertolongan pertama. Dan saya mempelajari ilmu ini sewaktu menempuh pendidikan di USK, pelatihan perawatan Cedera dan juga karena saya pernah menjadi salah satu anggota Palang Merah Indonesia (PMI) di Kota Banda Aceh. Dan alhamdulillah saya sudah memiliki sertifikat training of trainers PP 120 jam sehingga saya pun menjadi tidak ragu-ragu lagi dalam sharing ilmu ini kepada anak-anak di kelas yang saya ampu.
Pada sub materi di semester genap yang seharusnya semua peserta didik dibekali dengan ilmu praktek P3K (Pertolongan Pertama Pada Kecelakaan), cedera karena berolahraga hal sudah pasti terjadi karena emosional tak terkendali dan kesalahan teknik gerakan juga bisa mengakibatkan cedera. Siswa kelas IX melakukan praktek kecelakaan di halaman utama SMP. Guru PJOK memberikan pemahaman mengenai cedera, kesiap siagaan penolong, jenis cedera, serta memberikan contoh simulasi korban kecelakaan di jalan raya (luka robek dan patah tungkai bawah).
Macam-macam cedera yang sering terjadi yang harus peserta didik tahu yaitu Cedera Ringan (luka lecet, memar, keseleo) cedera sedang (kerusakan jaringan otot, nyeri, bengkak, robek ligamen), dan cedera Berat (robek seluruh bagian otot, ligamen dan pada tulang). Peserta didik harus memahami jenis-jenis cedera yang sering terjadi serta bagaimana cara menanganinya sehingga disaat mengalami hal tersebut siswa tidak menimbulkan rasa panik yang berlebihan dan bisa mengontrol dirinya sendiri. Kepanikan itu terjadi karena siswa tidak didasari dengan ilmu pertolongan pertama pada kecelakaan (P3K), sehingga otak sulit untuk berpikir dan kaku tidak tahu apa yang harus di lakukan pada saat keadaan mendesak dan pada akhirnya hanya bisa menangis karena rasa ketakutan, kepanikan dan kesakitan.
Setelah siswa memahami cara menolong korban kecelakaan kemudian siswa mempraktekkan kepada teman-temannya bagaimana cara melakukan dengan benar. Selanjutnya, siswa membentuk 3 kelompok untuk menentukan kasus yang di berikan oleh guru PJOK. Kasus 1 (pertama) patah tungkai bawah dan luka lecet di lengan kiri, kasus ke 2 (dua) luka robek di kepala dan patah lengan bawah sebelah kiri, kasus ke 3 (tiga) luka si lengan kanan, dan patah jari manis sebelah kanan. Beberapa kasus di atas sangat sering terjadi di lapangan. Oleh karena itu, siswa tampak sangat antusias dan mensimulasikan setiap kasus tersebut dengan sangat serius. Kesalahan terbesar yang terjadi di lingkungan masyarakat adalah ketidakpahaman mengatasi korban kecelakaan sehingga mengevakuasi langsung dengan becak atau dengan mobil pickup padahal itu sangat beresiko sebelum memeriksanya terlebih dahulu, apabila perubahan bentuk fisik dan patah tulang spinal akan mengakibatkan korban lumpuh total atau meninggal dunia.
Materi terkait P3K ini tidak diijinkan sembarang orang untuk mempraktikkan karena salah dalam menangani korban, maka bisa mengakibatkan fatal nyawa orang bisa melayang. Dalam kegiatan PMR (Palang Merah Remaja) dan Pramuka yang memiliki Ilmu Penolong Pertama di tandai oleh adanya pemberian pin Palang Merah sebagai simbol yang bahwa mereka sudah lulus dan mampu melakukan pertolongan pertama pada kecelakaan. Siswa mempraktikkan menggunakan perlengkapan berupa bidai, kasa steril, kasa balut, kain mitela, betadine salap, betadine cair, rivanol, plaster hansaplas, hand skun, alkohol tisu. Hal tersebut wajib mereka kuasai karena musibah terjadi kapanpun dan dimanapun. Oleh karena itu, semua kita harus lebih hati-hati dan waspadalah, waspadalah, ingat pesan bang Napi.
Penulis : T. Saiful Ahmad, S.Pd (Guru PJOK SMP Sukma Bangsa Lhokseumawe)