Mengelola Stres Siswa di Masa Pandemi
SEJAK skema belajar dari rumah diberlakukan pada Maret 2020, beragam masalah seputar pendidikan mulai mencuat ke permukaan. Tidak adanya kurikulum khusus yang mengatur skema PJJ di masa pandemi covid-19, membuat guru kelimpungan karena terbatas kapasitas dalam mengawal dan mengelolanya.
Minimnya pelatihan peningkatan kapasitas guru, yang selama ini lebih banyak bertumpu pada teknis pembelajaran, membuat guru tidak siap dalam mengelola PJJ dengan baik dan berpotensi memberi dampak buruk bagi siswa. Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) misalnya, menyatakan banyak siswa merasa tertekan dan mengalami kelelahan dalam belajar hingga berujung stres selama PJJ. Tekanan ini antara lain disebabkan minimnya sarana pendukung PJJ seperti media/gawai pintar dan akses internet yang memadai. Survei yang dilakukan di 20 provinsi dan 54 kabupaten/ kota tersebut menyebutkan 73,2% siswa dari 1.700 responden, atau 1.244 siswa, mengaku terbebani tugas dari guru (KPAI: 2020).
Selain disebabkan lemahnya adaptabilitas siswa terhadap pembelajaran nontatap muka, faktor kurangnya motivasi dalam belajar semakin memperbesar tekanan yang terjadi. Faktor lain yang ikut memicu munculnya stres pada siswa ialah kurangnya kemandirian siswa dalam proses pembelajaran
Guru seakan menjadi satu-satunya sumber belajar dan siswa hanya sebagai subjek pembelajaran yang pasif. Penerapan protokol social distancing yang memaksa setiap siswa harus melakukan berbagai aktivitas dari rumah ikut menyumbang terjadinya peningkatan stres pada siswa.
Banyak hal dapat dilakukan orangtua selama mendampingi siswa di rumah. Perlunya keseimbangan antara motivasi dan belajar mandiri bagi siswa dapat dilatih orangtua secara perlahan, melalui pengontrolan kegiatan belajar siswa selama di rumah.
Orangtua juga dapat mendesain beragam kegiatan positif yang menyenangkan bagi siswa. Hal tersebut dapat dilakukan dengan membantu siswa mengenali hobinya sehingga keberadaan siswa di rumah dapat dimanfaatkan dengan baik untuk menyalurkan minat dan bakat yang dimiliki. Selain itu, guru dapat menanggulangi stres pada siswa dengan mengatur intensitas pemberian tugas sekolah; dan tidak melulu mengutamakan ketercapaian aspek akademik semata.
Keberadaan dan peran guru konseling di sekolah juga dapat memberikan siswa pengetahuan dan pemahaman mengenai tata cara menanggulangi stres yang mereka alami. Untuk ini, sekolah perlu memfasilitasi siswa dan menyediakan waktu khusus untuk menyelesaikan masalah dalam belajar yang mereka alami melalui serangkaian kegiatan konseling.
Penulis : Azwar Anas (Guru Matematika SMP Sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe)
*Artikel ini sudah dimuat di Media Indonesia, tanggal 12/10/2020