Memaksimalkan Pembelajaran di Masa Pandemi
Pandemi Covid-19 telah mengubah hidup banyak orang. Menjadikan berbagai profesi menjalani kehidupan di luar kebiasaan sehari-hari. Untuk mengurangi atau menekan penyebaran virus, masyarakat diharuskan untuk menjaga jarak dan menggunakan masker saat berada di tempat umum. Kegiatan sehari-hari masyarakat juga berubah secara drastis. Sejak pandemi, sekolah, kuliah, dan bekerja semuanya dilakukan dari rumah. Perubahan ini tentu saja memberikan tantangan tersendiri bagi masyarakat yang menjalaninya.
Pandemi Covid-19 juga memberikan dampak yang besar terhadap berbagai sektor kehidupan, mulai dari ekonomi, sosial, hingga pendidikan. Lembaga pendidikan seperti sekolah dan perguruan tinggi ditutup sementara selama pandemi demi menahan penyebaran virus Covid-19. Untuk merespons situasi pandemi, Kemendikbud mengeluarkan Surat Edaran Nomor 4 Tahun 2020 tentang Pelaksanaan Pendidikan Masa Darurat Penyebaran Coronavirus Disease 2019 (Covid-19). Surat edaran ini mengandung berbagai kebijakan pendidikan selama pandemi termasuk proses belajar dari rumah, aktivitas dan tugas pembelajaran selama belajar dari rumah, serta peran guru dalam memberikan umpan balik.
Belajar dari rumah dilakukan dengan dua cara, yaitu pembelajaran jarak jauh daring (online) dan luring (offline). Kegiatan belajar mengajar ini dilakukan berdasarkan ketersediaan dan kesiapan prasarana dan sarana (Chryshna, 2020). Sejak Maret 2020 yaitu saat kasus positif pertama di Indonesia muncul, Kemendikbud terus melakukan penyesuaian kebijakan pendidikan serta memberikan inisiatif dan solusi di masa pandemi. Bagi para pendidik, pandemi Covid-19 adalah tantangan adaptif dan transformatif yang tidak memiliki pedoman yang telah ditentukan sebelumnya yang dapat memandu tanggapan yang tepat. Para pembuat kebijakan di bidang pendidikan semestinya mampu merancang dan memberikan tanggapan spesifik seiring berjalannya pandemi. Tanggapan tidak hanya meliputi pelaksanaan kegiatan belajar mengajar saja, tetapi juga bagaimana kegiatan pembelajaran dilaksanakan. Kegiatan belajar mengajar secara daring memberikan ruang bagi kegiatan agar tetap dapat berjalan di tengah pandemi. Namun, kegiatan pembelajaran secara daring memberikan tantangan dan kesulitan tersendiri, baik bagi siswa maupun tenaga pendidik.
Sistem pendidikan menghadapi tantangan yang mengharuskannya beralih ke penggunaan pembelajaran daring. pembelajaran daring adalah metode terbaik untuk mengajarkan berbagai mata pelajaran. Metode ini juga telah berkembang selama bertahun-tahun, dan telah memberikan peluang baru bagi siswa, profesor, perencana dan lembaga nasional. Kemendikbud RI mengembangkan aplikasi pembelajaran jarak jauh berbasis android bernama “Portal Rumah Belajar”.
Selama ini, kajian tentang e-learning atau pembelajaran daring cenderung membahas model pembelajaran berdasarkan tiga perspektif. Pertama, kajian tentang pembelajaran daring sebagai sistem media pembelajaran baru guna mendorong implementasi pembelajaran yang lebih efektif. Media pembelajaran daring menyediakan layanan yang lebih memuaskan kepada siswa. Kedua, pembelajaran daring memberikan kemudahan bagi peserta didik dalam mengakses materi pembelajaran dengan tujuan, motivasi, dan preferensi yang berbeda dapat menunjukkan perilaku yang berbeda ketika mengakses materi ini. Perbedaan perilaku ini selanjutnya dapat memengaruhi prestasi belajar mereka. Ketiga, kajian bahwa pembelajaran daring merupakan pelengkap yang menggabungkan beberapa aspek terbaik pembelajaran konvensional (tatap muka) dan pembelajaran berbasis teknologi informasi dan komunikasi. Oleh karena itu, model pembelajaran ini membekali siswa dengan pengetahuan tentang bagaimana memberikan kesempatan yang praktis dan realistis (Wargadinata, Maimunah, Dewi, & Rofiq, 2020)
Umumnya sikap siswa terhadap sistem pembelajaran daring adalah positif. Nassoura (2012) menunjukkan bahwa banyak siswa yang bersikap positif terhadap sistem pembelajaran daring karena berdampak positif pada motivasi dan percaya diri mereka. Namun, di sisi lain, pembelajaran daring juga memiliki dampak negatif seperti keterbatasan penguasaan teknologi informasi oleh guru dan siswa, sarana dan prasarana yang kurang memadai, akses Internet yang terbatas, dan kurang siapnya penyediaan anggaran (Aji, 2020).
Salah satu kekurangan pembelajaran daring adalah berkurangnya interaksi antara guru dan siswa secara signifikan. Kurangnya interaksi tatap muka menghambat keterampilan komunikasi karena siswa tidak bisa berkomunikasi dengan sesama siswa dan guru setiap hari. Penelitian telah menunjukkan bahwa siswa belajar lebih baik ketika mereka secara aktif terlibat dalam proses pembelajaran, daripada hanya mendengarkan ceramah secara pasif. Lalu, bagaimana caranya agar guru dapat menjadi kreatif dan menyenangkan saat mengajar daring selama pandemi?
Pertama, guru dapat menggunakan fitur chat yang terdapat pada aplikasi yang mereka gunakan untuk berinteraksi dengan siswa. Misalnya, guru dapat memberikan siswa arahan tentang pelajaran yang akan diberikan pada hari itu. Interaksi ini akan membuat siswa lebih nyaman belajar daring dan memberikan ruang untuk mengajukan pertanyaan dan komentar selama kelas. Selain itu, guru dapat mengingatkan siswa untuk mengaktifkan videonya. Hal ini membuat mereka lebih bertanggung jawab untuk memperhatikan kelas dan perhatiannya tidak teralihkan (Fung, Magdeline, & Kamei, 2020).
Guru juga dapat menggunakan platform digital sebagai alat pembelajaran, misalnya media sosial. Media sosial, sebagai salah satu bentuk media pembelajaran daring, berpotensi untuk menjembatani aspek formal dan informal melalui budaya digital partisipatif di mana kaum muda dengan mudah mengadopsi peran konsumen. Dalam hal ini media sosial digunakan sedemikian rupa untuk menunjang pembelajaran.
Dengan bergabung di media sosial, siswa tidak hanya mengikuti pelajaran tetapi juga berinteraksi dengan sesama pengguna, termasuk teman sekolahnya. Penelitian sebelumnya menemukan bahwa media pembelajaran digital menawarkan pendekatan yang lebih mudah dengan fokus pada penyampaian konten serta kemampuan untuk menantang model pembelajaran tradisional yang digunakan di kelas (Febrianto, Mas’udah, & Megasari, 2020).
Kegiatan belajar mengajar secara daring menuntut adanya motivasi dan kemandirian belajar yang tinggi. Untuk memiliki keduanya, seorang siswa harus memiliki kondisi kesehatan yang prima. Di tengah pandemi Covid-19, kondisi kesehatan fisik dan mental dapat menurun karena perubahan yang tinggi. Tenaga pendidik harus kreatif dalam mengajar agar imunitas siswa tetap terjaga dengan baik. Salah satu contoh yang dapat dilakukan adalah dengan memfokuskan proses pembelajaran terhadap kondisi psikologi siswa.
Konseling kelompok cognitive behavioural therapy (CBT) berbasis daring dapat dilakukan oleh sekolah melalui guru bimbingan konseling untuk memantau kondisi psikologis siswa di kala pandemi. Terdapat teknik bernama thought stopping yang dapat membantu siswa untuk menerima diri sendiri, emosi yang terkontrol, meningkatkan motivasi diri, serta menurunkan pemikiran negatif. Teknik ini dapat mengurangi pikiran negatif serta meningkatkan produktivitas belajar pada akhirnya (Edmawati, 2020).
Dengan menggunakan teknik pengajaran secara efektif dan platform daring yang tersedia, guru dapat menyampaikan pelajaran yang menarik sambil mencapai interaksi yang bermakna antara guru dan siswa. Hal ini tentunya akan turut membawa dampak positif bagi imunitas siswa dalam proses belajar selama pandemi.
Kondisi belajar mengajar pun akan disesuaikan kembali di era new normal ini. Dimana selain daring, akan ada juga proses belajar mengajar tatap muka secara langsung, tentunya dengan mengikuti protokol kesehatan yang berlaku. Hal ini menjadi tantangan tersendiri bagi pihak sekolah, khususnya para guru, di dalam mempersiapkan bahan ajar agar materi yang akan disampaikan bisa efektif dan efisien. Tidak memakan waktu belajar mengajar yang banyak, tetapi bisa diserap maksimal oleh peserta didik. Kondisi new normal seperti memberikan angin segar, khususnya di dunia pendidikan yang selama hampir satu tahun seperti mati suri. Keadaan yang baru ini juga menuntut para guru memiliki kemampuan “baru” dalam menyiapkan dan menyampaikan bahan ajar, baik daring maupun tatap muka secara langsung serta berupaya maksimal dalam mencerdaskan generasi penerus bangsa.
By : Cut Fitri Yana, S. Pd (Kepala SD Sukma Bangsa Lhokseumawe)
*Artikel ini sudah dimuat di acehtrend.com, tanggal 25/01/2021