Guru Sukma Bangsa Diundang Ke Finlandia Bicara Tentang Perubahan Iklim
Sarlivanti, seorang guru di Sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe diundang ke Tampere University, Finlandia. Program ini merupakah kerjasama antara Faculty of Education and Culture, Tampere University dengan Universitas Pendidikan Indonesia (UPI) Bandung dan Sekolah Sukma Bangsa.
Adapun program yang berlangsung pada 8 – 14 Mei 2022 mengangkat tema ““Curriculum development for Climate Change Education”. Sarlivanti—yang mewakili sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe—mempresentasikan tentang “Lesson Learned from Crisis”.
“Saya menyampaikan bagaimana perjuangan Sekolah Sukma melewati beragam krisis, dimulai dari krisis konflik dan bencana yang menjadi cikal bakal lahirnya Sekolah Sukma Bangsa di Indonesia, Krisis di masa pandemi covid-19, dan Climate Crisis” sebut Sarlivanti.
Isu tentang Climate Crisis (perubahan iklim) menjadi topik utama yang dipresentasikan. Bagaimana Sekolah Sukma Bangsa sangat concern terhadap isu lingkungan, menjadikannya sebagai sebuah budaya sekolah untuk menjadi sebuah habituasi atau perubahan perilaku berbasis lingkungan. Dalam penerapan di sekolah, Sekolah Sukma membentuk tim Green School Project, kemudian mengintegrasikannya dalam proses pembelajaran dengan menerapkan beragam model pembelajaran untuk membentuk pemahaman pentingnya mengantisipasi dampak dari perubahan iklim.
“Dari skema yang dilakukan Sukma, kita berharap mampu mengubah persepsi warga sekolah bahwa menjaga lingkungan menjadi tanggung jawab Bersama” ucap Sarli.
Agenda lain selama di Finlandia adalah kunjungan ke Tampere University Lab School. Dalam pertemuan tersebut, Kepala Sekolah menjelaskan bagaimana mekanisme pengelolaan sekolah dan diikuti dengan wisata kelas. Konsep kelas yang moving class memberikan kenyamanan tersendiri bagi anak-anak disana. Kelas yang paling menarik adalah Home Economic Class, di kelas ini siswa belajar bagaimana memasak dan mempersiapkan serta menyajikan makanan, belajar housekeeping, belajar menyuci dan menyetrika. Di kelas siswa benar-benar dilatih untuk mandiri dalam hidupnya.
Sekolah berikutnya yang dikunjungi adalah Nature School, sekolah yang mengelaborasikan alam dalam pembelajaran, dari alam siswa belajar beragam ilmu pengetahuan.
Terakhir, Mengikuti workshop dari para pakar di Tampere University terkait Self Cultivation, Ecosocial, Narrative Curriculum, dan Climate Change on Education. Dalam workshop tersebut, para pakar memberikan gambaran nyata pentingnya mengintegrasikan isu perubahan iklim dalam proses pembelajaran. Siswa harus di didik untuk mengubah perilaku berbudaya lingkungan sehingga menjadi pribadi yang memiliki rasa peduli dan peka terhadap lingkungan, dan hal ini menjadi bagian dari upaya pencegahan bencana akibat perubahan iklim. Direktur Sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe, Zubir, berharap perubahan iklim menjadi perhatian serius semua kalangan. “Semoga semua sekolah dan universitas di Indonesia mengimplementasikan Kurikulum Perubahan Iklim. Ini harus dimulai dari lembaga pendidikan, membentuk generasi berbudaya lingkungan masa depan” terang Zubir.