Guru Kreatif, Murid Responsif
Pendidikan dalam bahasa Yunani berasal dari kata pedagogik, yaitu ilmu menuntun anak. Bangsa Romawi melihat pendidikan sebagai educare, yaitu mengeluarkan dan menuntun, tindakan merealisasikan potensi anak yang dibawa sejak lahir di dunia.[1]Dalam pendidikan terdapat dua hal penting yaitu aspek kognitif (berpikir) dan aspek afektif (merasa). Sebagai ilustrasi, saat kita mempelajari suatu hal maka di dalamnya terdapat proses berpikir dan merasakan. Seperti itulah arti pendidikan.
Dunia pendidikan selalu menjadi topik utama, khususnya bagi pengamat ilmu pendidikan. Secara umum, efektifitas guru sebagai pengajar adalah menyiapkan sekelumit bahan ajar untuk kemudian disajikan kepada siswa. Akan tetapi, sejatinya mendidik bukan hanya demikian. Guru dituntut agar terus belajar mengembangkan diri. Salah satu caranya adalah menjadi guru yang kreatif.
Sebagaimana yang kita ketahui, tiap anak memiliki kepribadian dan sifat yang berbeda-beda. Ada sebagian anak yang senang belajar dengan cara serius, dan ada juga yang senang belajar sambil bermain (games) ataupun belajar kelompok. Kesemuanya adalah warna-warni dalam dunia belajar mengajar.
Di dunia yang serba digital, kita seolah dituntut untuk terus bersahabat dengan perkembangan teknologi. Berbagai macam aplikasi pembelajaran ditawarkan oleh teknologi. Hanya dengan menyentuh gadget atau membuka komputer, kita dapat mnegetahui seluruh isi dunia dari berbagai penjuru.
Menjadi seorang guru kreatif bukan suatu hal yang mudah, juga bukan suatu hal yang rumit. Dalam aspek ini, kita perlu memegang dua prinsip yaitu keyakinan dan usaha. Keyakinan untuk bisa dan maju, dan usaha agar bisa lebih baik.
Untuk menjadi guru yang kreatif, berikut beberapa kiat sukses seorang guru dalam membenahi cara mengajarnya.
1.) Menjadi motivator
Proses pembelajaran akan berhasil jika siswa mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh sebab itu, langkah awal yang perlu dilakukan oleh seorang guru adalah menumbuhkan motivasi tersebut dari diri siswanya. Motivator, memiliki makna orang yang memberikan semangat, antusias, sentuhan hati bahkan teman yang dapat diajak kpmpromi. Guru harus selalu bertindak sebagai motivator untuk anak didiknya. Sebagai contoh kecil, guru dapat menghubungkan setiap materi pelajaran yang sesuai dengan kehidupan anak-anak ataupun lingkungan yang mereka hadapi. Dengan demikian siswa akan merasa dirinya dihargai dan menambah semangatnya dalam belajar.
2.) Ciptakan suasana belajar yang kreatif
Guru, adalah role model bagi setiap siswanya. Setiap apa yang dilakukan seorang guru akan selalu diingat dalam memori anak didik. Sebagai guru yang baik dan berkualitas, perlu adanya kekreatifitasan dalam mengajar. Guru tidak harus berpaku pada buku paket yang teramat tebal itu. Sumber belajar bisa didapatkan dari internet, browsing, jurnal, majalah maupun pengalaman orang lain yang diceritakan pada kita.
Ruang kelas yang kreatif dan menyenangkan tentu menjadi dambaan setiap siswa. Mereka mengharapkan pembelajaran yang tidak hanya baca-tulis, tetapi juga menyenangkan dan nyaman. Di sinilah peran seorang guru sangat diharapkan. Ciptakan suasana belajar yang kreatif dengan mengaitkan materi secara luas. Boleh secara kinestetik ( gerakan ) maupun verbal ( penyampaian, bicara ).
3.) Memberi pujian di setiap keberhasilan atau usaha siswa
Kebanyakan seorang guru hanya akan memberi pujian bagi anak yang mencapai keberhasilan, contohnya menang dalam sebuah pelombaan, dapat nilai tertinggi dan lain- lain. Hal yang demikian masih sangat keliru, setiap siswa butuh diapresiasi. Tidak harus dengan hadiah atau kado. Sebuah pujian kecil dari guru akan menambah semangatnya dalam belajar. Jika seorang anak merapikan kursi yang berantakan, langsung berikan ia pujian dengan kata-kata manis, meskipun hal yang ia lakukan sangat sederhana dan ringan. Namun, berikan haknya sebagai siswa yang berbuat kebaikan.
4.) Berikan penilaian pada setiap usaha siswa
Sebuah penilaian tidak hnaya dilakukan pada saat mengadakan ujian tengah semester maupun ujian akhir. Penilaian sederhana dapat dilakukan setiap hari ketika belajar. Biasanya, siswa akan antusias jika sebelum belajar diberikan penjelasan bahwa akan selalu dinilai. Memberikan penilaian tidak harus dengan angka atau huruf. Berikan siswa hasil dari setiap apa yang mereka capai. Bisa dengan menyelipkan gambar bintang pada buku tulisnya, ataupun memberikan simbol senyuman sebagai pertanda bahwa usahanya hari itu maksmila dan bagus. Intinya, berikan anak dorongan dan semangat dalam menghadapi hari-harinya dalam belajar.
5.) Berikan komentar positif pada setiap hasil kerjanya
Anak selalu butuh penghargaan. Bukan hanya ilmu yang mereka harapkan tetapi juga sebuah penghargaan sederhana akan dapat membuatnya lebih dianggap ada. Sebagai seorang motivator, guru juga perlu memberikan komentar positif yang membangun pada setiap hasil kerja siswa. Contohnya, ketika siswa sudah menyelesaikan tugas kelompok selama dua hari, guru perlu memberikan komentar yang baik atas hasil kerja mereka. Komentar dapat berupa deskripsi penghargaan dan rasa bangga guru terhadap hasil karya mereka yang bersifat membangun semangat anak. Hindari kata-kata negatif yang dapat melukai perasaan anak.
6.) Ciptakan persaingan dan kerjasama
Persaingan yang sehat dapat menjadi energi positif bagi tiap individu anak. Berikan anak kepercayaan penuh dalam memecahkan sebuah masalah. Biarkan mereka memberikan pendapatnya masing-masing tanpa perlu kita batasi. Untuk memperoleh hasil yang baik, guru harus mendesain pembelajaran yang memungkinkan siswa untuk bersaing antar kelompok maupun antar individu. Dengan demikian, suasana belajar akan lebih hidup untuk dijalani. Kiat menciptakan persaingan akan mengajarkan anak bagaimana menciptakan kerja sama yang baik.
Guru adalah sosok yang perlu terus belajar, belajar dengan pengalaman, dengan orang lain, dengan anak-anak dan dengan lingkungannya. Guru yang baik adalah guru yang tidak pernah malu mengasah kemampuan tanpa merasa dirinya sudah hebat. Mari berusaha semaksimal mungkin untuk menjadi guru yang kreatif, demi terciptanya siswa yang responsif. Semoga bermanfaat.
[1] Mafi Arif, Pendidikan Secara Epistimologi, diakses dari http://satriabajahitam.com/pondok-pesantren-modern sintesa/, pada tanggal 18 Juli 2019 pukul 21.58
By : Muhammad Yuzaldi, S. Pd. (Guru SD Sukma Bangsa Lhokseumawe)