Filosofi Ikan Salmon
Belajar merupakan suatu proses mempelajari sesuatu, dimanapun, kapanpun dan dari apapun. Belajar tidak mesti membutuhkan ruang, meja, atau papan tulis. Kita bisa mempelajari sesuatu dari pengalaman pribadi, pengalaman orang lain atau bahkan dari cara hidup seekor ikan. Salah satu ikan yang dapat kita adopsi filosofinya adalah ikan salmon. Banyak nilai kehidupan yang dapat kita petik dari cara hidup ikan ini. Ikan salmon merupakan jenis ikan yang sanggup melawan arus, naik ke atas, rela luka-luka atau dimangsa oleh hewan lain agar dapat bertelur di hulu sungai. Salmon berani melawan arus agar sampai ke tujuannya, yaitu memberikan tempat yang aman dan nyaman untuk anak-anaknya. Seperti kita ketahui juga, salmon merupakan jenis ikan yang disukai karena tekstur dagingnya yang enak dan juga kaya manfaat bagi kesehatan.
Dalam dunia pendidikan, guru tak ubahnya sebagai ikan salmon yang harus teus berjuang melawan arus demi mencerdaskan anak bangsa. Guru merupakan sosok penting sebagai fasilitator bagi siswa. Guru juga digaung-gaungkan sebagai tonggak penentu kesuksesan siswa. Kesuksesan siswa sepenuhnya memang bukan dalam genggaman guru. Tetapi salah satu visi guru adalah ikut andil sebagai penyukses siswa dalam menggapai cita-citanya. Guru mana yang tidak senang jika siswanya bisa dan mampu menyerap materi yang diajarkan. Atau siswanya kelak menjadi orang yang sukses dan berguna untuk orang lain.
Sebagai sosok yang penting, maka guru diharapkan bisa menjadi role model bagi siswanya. Mampu serta profesional dalam bidang pelajaran yang diampunya. Salah satu cara dengan mengambil pelajaran hidup dari ikan salmon. Guru harus berani melawan arus agar kompetensi yang dimilikinya tidak mengalir begitu saja. Tetapi ada tantangan dan hal baru yang harus dicoba, agar tujuan yang diharapkan dapat tercapai. Seorang guru harus terus mengupgrade diri. Bukan hanya smarphone atau aplikasi saja yang bisa diupgrade, tetapi manusia juga bisa. Berenang mengikuti arus memang mudah, kita tinggal mengikuti kemana air mengalir, malah berenang mengikuti arus tidak membutuhkan tenaga sama sekali. Tetapi hal itu tidak bisa menempa kita jadi pribadi yang tangguh.
Keluar Dari Zona Nyaman
Salah satu faktor penghambat guru tidak berkembang adalah sudah aman dengan “Zona nyaman”. Ketika guru sudah terlena dengan zona nyamannya maka banyak potensi yang dimiliki guru akan terpenjara. Kreatifitas dan kualitas guru pun hanya akan bergerak di lingkaran yang sama tanpa ada inovasi baru.
Menurut pakar psikologi dan ahli pendidikan Pennysylvania, Gardner (2003) menyatakan bahwa manusia memiliki multiple intelligences atau kecerdasan majemuk, yang artinya setiap individu pada dasarnya memiliki banyak kecerdasan. Menurutnya, Kecerdasan seseorang meliputi kecerdasan matematika logika, kecerdasan bahasa, kecerdasan musikal, kecerdasan visual spasial, kecerasan kinestetik, kecerdasan interpersonal, kecerdasan intrapersonal, dan kecerdasan naturalis.
Kecerdasan matematika logika adalah kemampuan seseorang berpikir secara induktif dan deduktif, menganalisis pola angka-angka, serta memecahkan masalah dengan pola berpikir. Kecerdasan bahasa merupakan kemampuan seseorang dalam menggunakan bahasa dan kata-kata, baik secara tertulis maupun lisan. Memiliki daya ingat yang kuat, cenderung lebih mudah belajar dengan cara mendengarkan dan verbalisasi.
Kecerdasan musikal yaitu kemampuan seseorang untuk peka terhadap suara-suara nonverbal, termasuk nada dan irama. Kemudian kecerdasan visual spasial, yaitu kemampuan seseorang memahami lebih dalam antara objek dengan ruang. Mampu menciptakan imajinasi bentuk dalam gagasan atau pikirannya. Contohnya arsitek, pemahat atau pembuat patung. Kecerdasan kinestetik adalah kemampuan seseorang untuk menggunakan bagian tubuhnya untuk berkomunikasi dan memecahkan berbagai macam masalah, contohnya atlet, pesepak bola, perenang dan lain sebagainya.
Adapun kecerdasan interpersonal adalah kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaan orang lain. Kecerdasan ini disebut juga kecerdasan sosial, orang yang memiliki kecerdasan ini mampu memimpin, mengkoordinir, mampu mengatasi persilisihan dan dapat bersosialisasi dengan baik.
Kecerdasan intrapersonal yaitu kemampuan seseorang untuk peka terhadap perasaannya sendiri. Mampu mengenali kelebihan atau kekurangan yang terdapat dalam dirinya sendiri.
Kecerdasan naturalis adalah kemampuan seseorang untuk peka terhadap lingkungan di sekitarnya. Suka mengobservasi tentang alam, bebatuan, flora dan fauna.
Dengan berbagai macam kecerdasan tersebut, maka guru semestinya tidak menutup diri dari potensi yang dimilikinya. Zona nyaman yang terlanjur sudah melekat harus segera dihilangkan. Karena dengan keluar dari zona nyaman, pikiran akan lebih terbuka, banyak pengalaman baru yang akan bisa dieksplor dan tentunya pikiran akan lebih kritis.
Last but not least !
Menjadi seorang guru pasti ada semangat pasang surutnya. Terkadang guru harus diam sejenak dan lanjut berlari. Tidak langsung patah arang dan tertinggal dibelakang. Karena guru yang tidak kompetitif akan tersisih dari pusaran globalisasi. Ilmu pengetahuan semakin berkembang. Pola pikir dan lingkungan semakin maju. Kalau guru tidak kreatif dan inovatif, maka akan tergerus zaman dan pikirannya hanya terpaku pada hal yang sama. Sistem pembelajaran yang masih konvensional.
Padahal kita sudah hidup di zaman milenial. Semua serba berbau IT. Kalau guru masih gaptek (gagap teknologi) tentunya tidak mampu bersaing dengan zaman. Tidak ada perubahan yang muncul atau gebrakan baru. Hal ini tentu akan bedampak pada pendidikan, khususnya pada anak didiknya. Bagaimana bisa mencetak generasi emas, kalau ilmu gurunya masih imitasi ?
Maka mari kembali kita melihat pola hidup ikan salmon, yang bernilai, bermanfaat dan melawan arus untuk mencapai tujuannya. Jadilah guru yang tidak pantang menyerah dan terus berbenah.
Farida Hanum
Guru Bahasa Indonesia | SMP Sukma Bangsa Lhoksuemawe