Eksistensi APBN Sebagai Pencegah Resesi
Foto: Ilustrasi APBN (Dokumentasi CNBC Indonesia)
“Pengelolaan anggaran yang dilakukan dengan baik bukan hanya menunjukkan kualitas ekonomi yang baik saja, namun hal ini juga akan menunjukkan martabat dan juga kualitas sebuah bangsa yang baik.” Sri Mulyani, Menteri Keuangan Indonesia
Kata-kata dari menteri keuangan Indonesia atau Sri Mulyani tersebut bukan hanya perkataan semata, namun bisa kita lihat faktanya bersama. Sumber dana pembangunan negara yaitu APBN (Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara), mampu mencegah terjadinya resesi ekonomi yang dirasakan berbagai negara di tahun 2023 ini. Muhammad Chatib Basri selaku mantan Menteri Ekonomi sempat menegaskan analisisnya bahwa Indonesia tidak akan jatuh terpuruk dalam jurang resesi ini.
Dana APBN ini bersumber dari pajak sebagai pendapatan terbesar negara, pada tahun 2022 dilansir dari Kemenkeu bahwa pendapatan negara APBN terealisasi sebanyak Rp2.626,4 triliun yaitu 115,9% dari target berdasarkan Peraturan Presiden Nomor 98 Tahun 2022 atau sebanyak Rp2.266,2 triliun. Kemenkeu juga menyatakan bahwa realisasi ini bertumbuh sebesar 30,6% dengan adanya pemulihan ekonomi yang tentunya lebih stabil.
Selanjutnya dana tersebut akan disalurkan untuk pembangunan fasilitas umum, peningkatan kesehatan dengan BPJS, program Kartu Indonesia Pintar (KIP), perbaikan fasilitas, gaji dari seluruh ASN, teralir untuk APBD, bahkan seluruh kebutuhan negara. Salah satu kesuksesan pemerintah dalam pemanfaatan APBN ini yaitu melalui Kartu Prakerja. Kartu Prakerja ini pertama kali diluncurkan pada 11 April 2020 dan diciptakan untuk memberikan bantuan pelatihan agar meningkatnya kompetensi Angkatan kerja masyarakat Indonesia. Terbukti dalam waktu yang singkat program ini mampu menurunkan tingkat pengangguran hingga 670.000 orang dalam kurun waktu satu tahun.
Resesi
Resesi dapat kita pandang sebagai air yang cukup untuk ditampung sebuah gelas kecil namun diperebutkan ikan di penjuru lautan. Air yang dimaksud di sini dapat kita maknai dengan pendapatan negara yang terus memburuk dan mengecilnya wadah atau lapangan pekerjaan, serta diikuti dengan membludaknya ikan sebagai masyarakat yang membutuhkan pekerjaan. Kondisi ini hampir dirasakan oleh seluruh negara, karena guncangan ekonomi dan disusul dengan kenaikan tingkat suku bunga dunia, seperti yang juga pernah kita rasakan bersama sebelumnya pada masa pandemi.
Dampak dari resesi tersebut mampu menyengsarakan bangsa, menambah maraknya pengangguran kerja, dan menghancurkan perekonomian negara tanpa aba-aba. Tanpa memandang mangsa, resesi ekonomi mengundang malapetaka. Indonesia sendiri memastikan dana APBN cukup untuk mencegah hilangnya lapangan kerja, dengan mengedepankan dukungan perputaran roda ekonomi negara. Diliput dari Departemen Komunikasi Bank Indonesia, pada 05 Mei 2023, menegaskan bahwa pertumbuhan ekonomi Indonesia tetap kokoh dengan didukung adanya ekspor dan mitra dagang yang memadai.
Resesi ekonomi pernah dialami oleh Rusia pada tahun 2022 lalu. Peristiwa ini terjadi akibat sanksi Barat yang menjatuhkan ekonomi Rusia pasca serangan ke Ukraina. Resesi ini mengakitbatkan kenaikan bunga bank secara drastis hingga penurunan perdagangan grosir dan ritel. Beragam sanksi yang diterima juga menyebabkan Rusia kesulitan dalam sector ekspor impor.
Realisasi Pencegah Resesi
Salah satu bentuk program untuk mencegah resesi adalah dengan adanya pendanaan APBN untuk menguatkan perekonomian. Program ini telah difokuskan sejak masa pandemi di mana Indonesia memiliki pertumbuhan ekonomi yang cukup signifikan dari sektor ekonomi kreatif yang bersumber dari UMKM (Usaha Mikro Kecil Menegah) dan UMKM digital. Salah satu alokasi APBD adalah pemberian dana bantuan untuk UMKM digital yang menjadi pengaruh besar bagi perekonomian negara. Salah satu program tersebut adalah program Pemulihan Ekonomi Nasional (PEN), yang terdiri dari 6 subprogram dan dalah satunya yaitu dukungan untuk UMKM. Total dukungan pada UMKM di dalam program PEN mencapai Rp123,46 triliun. Program PEN ini memberikan insentif pajak, subsidi bunga, serta penempatan dana untuk restrukturisasi kredit, belanja IJP, penjaminan untuk Modal Kerja (Stop Loss) dan pembiayaan investasi kepada Koperasi melalui LPDB KUMKM. Tentunya hal ini dapat mendukung UMKM sebagai pembentuk dan penyumbang produk domestik bruto.
Meskipun dengan angka pengangguranya yang tinggi, dalam waktu 2 tahun Indonesia mampu menekan drastis tingkat pengangguran tiap tahunnya. Didukung dengan berkembang pesatnya pekerjaan digital yang mampu menjadi sarana jawaban dari maraknya pengangguran, baik dari bisnis digital, desain digital, dan UMKM digital. Dengan adanya program tersebut, hingga kini pengembangan perekonomian negara terus maju, hingga bidang insfratuktur, manufaktur, pangan, pendidikan, sosial, dan seluruh sektor pembentuk kesejahteran. Yang terus membuka lapangan pekerjaan, hal ini dipastikan menjadi alasan kuat Indonesia tetap kokoh di tengah badai resesi ekonomi. “Kekecewaan itu harus kita salurkan dengan bekerja lebih baik lagi dan bekerja keras untuk mencapai prestasi yang lebih tinggi’ perkataan dari Ibu Sri Mulyani adalah bukti bahwa kekecewan dan kegagalan dari tahun-tahun sebelumnya dapat kita jadikan motivasi untuk terus menekan prestasi, hingga kini kita sanggup melawan resesi.
Penulis : Danish Iqbal Farhandy (Siswa SMA Sukma Bangsa Lhokseumawe)