Budaya Buang Sampah di Taiwan
Kegiatan belajar bersama mahasiswa dari Taiwan merupakan salah satu kegiatan positif yang dapat memberi kesan positif pula dari peserta didik. Tujuan dari kegiatan ini adalah memperkenalkan budaya Taiwan kepada seluruh peserta didik, sehingga seluruh peserta pada kegiatan ini baik guru maupun peserta didik dapat mengetahui tentang budaya Negara Taiwan tanpa harus berkunjung ke negara tersebut. Benar adanya jika ada yang berpendapat kita dapat belajar tentang budaya suatu negara dengan menggunakan kecanggihan teknologi, tapi akan ada vibes yang berbeda ketika dapat belajar langsung dengan warga negara itu sendiri.
Pada kesempatan ini mereka berbagi tentang budaya Taiwan dimulai dari makanan, minuman, transportasi, tempat-tempat menarik seperti pasar malam, dan beberapa hal lainnya. Dari banyak hal yang mereka ceritakan, yang menarik perhatian saya adalah “garbage truck attraction.” Ini merupakan cara negara mereka mengelola sampah sehingga negara tersebut terlihat bersih. Dari informasi yang kami dapatkan, di Taiwan terdapat dua buah truk sampah yang akan beroperasi setiap harinya. Truk kuning untuk sampah yang tidak dapat didaur ulang dan truk putih untuk sampah yang masih bisa didaur ulang. Uniknya ke dua truk ini memiliki musik (sirine) yang berbeda sehingga setiap kali mereka datang masyarakat Taiwan akan mengetahuinya dan dapat membuang sampah dari rumah masing-masing.
Tidak hanya saya, isu ini juga menarik perhatian siswa sehingga ikut serta berdiskusi menanyakan hal-hal yang membuat mereka penasaran. Berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari sesi diskusi bersama mereka, masyarakat di Taiwan tidak ada yang berani membuang sampah sembarangan karena setiap orang sangat peduli dengan lingkungan dan akan menegur siapapun yang membuang sampah sembarangan. Pemilahan sampah pun berjalan dengan baik di sana, karena masyarakat memilah sendiri sampah yang dimilikinya sebelum dimasukkan ke truk sampah. Jika sewaktu-waktu ada yang salah atau keliru dalam memilih sampah maka petugas truk tersebut langsung mengambil dan membuangnya sesuai karakteristik sampah tersebut. Meskipun yang datang adalah truk kuning (sampah yang tidak dapat didaur ulang), mereka tetap menyediakan tempat di sudut truk untuk sampah yang dapat didaur ulang untuk mengantisipasi masyarakat yang keliru saat membuangnya. Proses pemilahan sampah dapat dilakukan oleh petugas kebersihan karena di sana masyarakat sendiri yang membuang sampah ke truk sampah. Petugas truk tidak harus mengambilnya ke tempat sampah.
Pada kesempatan ini saya bersama peserta didik juga berbagi informasi tentang dinamika masalah sampah yang terjadi di negara kita khususnya di Aceh dan Kota Lhokseumawe. Hal ini tentunya berbeda dengan realita di Taiwan. Kesempatan belajar bersama mereka membuat peserta didik lebih peduli terhadap lingkungan dan ikut berpikir tentang solusi atau aturan yang baiknya dijalankan di lingkungan kita untuk mewujudkan lingkungan yang bersih dan sehat.
Penulis: Rahmatul Hayati, S.Pd. (Guru IPA SMP Sukma Bangsa Lhokseumawe)