Bergembira bersama Siswa Kelas VII
Siswa SMP Sukma Bangsa Lhokseumawe mengikuti kegiatan Team Building pada Rabu, 6/9/2023 di area selasar sekolah. Kegiatan ini dikemas dengan ragam permainan yang membutuhkan kerjasama tim dalam setiap misinya. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh siswa yang terdiri dari 78 siswa kelas VII. Kegiatan ini merupakan upaya membangun keakraban diantara siswa baru dan guru yang ada di SMP. Oleh karena itu, kelompok permainan pun disusun secara acak yang terdiri dari seluruh kelas VII. Kegiatan dilaksanakan mulai pukul 08.00 sampai 13.00 WIB. Sebelum memulai kegiatan, walikelas mengecek kehadiran dan berdoa bersama terlebih dahulu. Kepala sekolah pun ikut membuka kegiatan sambil menjelaskan tujuan dari kegiatan ini.
Setelah dibuka oleh Kepala Sekolah, kegiatan dilanjutkan dengan senam bersama. Senam dipandu oleh guru PJOK sekolah. Seluruh siswa dan guru mengikuti gerakan senam yang ditampilkan. Sesi senam ini merupakan sesi pemanasan sebelum memulai permainan. Seluruh siswa terlihat sangat antusias saat mengikuti gerakan senam yang ada. Siswa sambil mengeluarkan suara sorakannya saat menggerakkan badannya. Seseru itu, sampai ada yang meminta senam tambahan.
Usai senam, konselor membagi siswa menjadi enam kelompok. Pengelompokan siswa dibagi secara acak dari seluruh kelas agar semuanya punya momen untuk membangun keakraban. Semuanya pun langsung duduk sesuai kelompok masing-masing. Sesi ice breaking dilakukan untuk mengecek fokus dan kekompakan tim yang baru terbentuk. Ice breaking nya dinamakan “ABDG, Ayo Bermain Dengan Gembira”. Instruksinya sederhana, siswa harus mengikuti instruksi yang diberikan konselor. Jika konselor menyebutkan “sesungguhnya”, maka siswa harus mengikuti instruksi sebenarnya. Jika konselor menyebutkan “sebaliknya”, maka siswa harus bergerak kebalikan dari instruksi. Instruksinya sederhana, namun cukup membingungkan jika tidak fokus. Disinilah tujuannya, agar siswa fokus dan bergerak secara brekelompok.
Permainan yang pertama dimainkan adalah “Ball in Cage”. Permainan ini hanya membutuhkan sangkar dari kawat, bola plastik, dan gagang balon. Peserta dibagi menjadi 6 kelompok. Jumlah pemain dalam permainan ini adalah 10 orang saja. Permainan dibagi menjadi 3 sesi, yaitu dua sesi penyisihan dan 1 sesi final. Sesi penyisihan dimainkan oleh setiap 3 kelompok, dimana dua pemenang di setiap sesi penyisihan akan bermainan di sesi final. Durasi permainan di setiap sesi adalah 20 menit, sehingga total waktu permainan 60 menit. Akan hanya ada 1 pemenang di permainan ini. Penentuan pemenang dari permainan ini dengan melihat jumlah bola terbanyak yang dikeluarkan kelompok dalam 20 menit. Peserta harus mengeluarkan bola dari sangkar kawat yang tersedia dengan menggunakan gagang balon. Kelompok yang paling banyak mengeluarkan bola yang akan memenangkan permainan.
Permainan ini membutuhkan koordinasi dan kerjasama untuk menaikkan bola sampai keujung sangkar tanpa terjatuh dan memasukkannya ke dalam keranjang. Kesabaran dan kepercayaan dengan instruksi teman juga menjadi tantangan disini. Jika semuanya memberikan instruksi, maka koordinasi yang baik tidak akan tercipta. Oleh karena itu perlu ada satu siswa yang dipercaya oleh timnya untuk memberikan instruksi. Cerita perjuangannya ada saja. Semua kelompok terlihat kesulitan untuk menaikkan bola, ada yang sampai gagal berkali-kali. Ada yang sudah sampai kesal dengan temannya karena dianggap tidak dapat memenangkan permainan. Akhirnya mereka dapat berhasil mengeluarkan bola setelah 15 menit permainan.
Selanjutnya, permainan kedua, yaitu “Fly Ball”. Permainan ini hanya membutuhkan tali rafia, bola plastik, dan wadah untuk bola plastik. Teknis permainannya sama seperti sebelumnya. Misinya adalah siswa harus membawa bola dengan tali rafia yang dipegang oleh mereka. Siswa harus membawa bola ke garis yang sudah ditentukan tanpa terjatuh. Kelompok yang paling banyak mengumpulkan bolayang akan memenangkan permainan.
Permainan ini pun tidak kalah seru. Siswa harus saling berkoordinasi agar posisi tali dipegang dengan baik agar bola bisa stabil. Tantangan disini adalah siswa harus berjalan tanpa terburu-buru namun tetap dengan mengejar kecepatan. Kisahnya pun ada saja. Awalnya tali yang diberikan hanya 5 untuk 10 orang, namun sepertinya mereka jadi sulit untuk membawa bola. Akhirnya tali tambahan pun diberikan, baru akhirnya ada yang berhasil mencapai misi di permainan ini. Perjuangannya pun sama, harus ada bola yang jatuh berkali-kali sampai akhirnya mencapai keberhasilan.
Permainan ketiga, yaitu “Chopping Nuts”. Permainan ini juga cukup simpel, hanya membutuhkan sumpit, kacang, dan wadah saja. Siswa akan secara bergantian memasukkan kacang dengan menggunakan sumpit ke wadah yang kosong. Permainan ini memiliki durasi 5 menit saja, sehingga setiap siswa hanya memiliki waktu 30 detik saja. Usai 30 detik, pemain harus diganti dengan siswa selanjutnya. Permainan ini memerlukan ketenangan dan kesabaran dalam mengambil kacang dengan menggunakan sumpit. Jika siswa terlalu tergesa-gesa, maka mengambil kacang yang berukuran kecil pun akan menjadi hal yang sulit. Pemilihan pemain pun perlu diperhatikan. Tentunya pemainnya harus yang mahir dalam menggunakan sumpit. Momen saling mendukung pun terlihat disini, “Ayo, kamu pasti bisa”.
Tibalah ke permainan keempat, yaitu “Estafet Holahop”. Permainan ini cukup simpel, dimana hanya membutuhkan holahop saja untuk memainkannya. Misinya adalah siswa harus mengestafetkan holahop dari siswa pertama sampai terakhir dengan posisi tangan memegang bahu teman didepannya. Kelompok yang paling cepat selesai mengestafetkan holahop yang akan memenangkan permainan. Permainan ini memang terbilang cukup simpel, namun kesabaran dan kecepatan tetap menjadi penentu keberhasilan permainan ini. Jika terlalu tergesa-gesa, holahop akan tersangkut ditubuh mereka sehingga akan menghambat permainan. Siswa dibentuk kembali menjadi kelompok laki-laki dan perempuan agar memudahkan permainan.
Kegiatan pun selesai dan ditutup dengan pembagian hadiah hiburan sebagai bentuk apresiasi atas usaha mereka dalam memenangkan permainan. Semoga permainan sederhana ini dapat membuka sekat pembatas antar kelas atau antar siswa. Momen ini menjadi momentum mereka dalam berinteraksi. Jika selama ini interaksinya terbatas hanya diantara kelas masing-masing, namun di kegiatan ini membuat mereka jadi dapat lebih berbaur. Saya pribadi banyak menangkap momen-momen bermakna disini. Misalnya saja ada siswa yang meminta pembentukan kelompok lain untuk permainan selanjutnya. Ia merasa kelompoknya tidak kompak karena tidak berhasil memenangkan permainan. Ternyata akhirnya kelompok mereka menjadi salah satu pemenang.
Segala hal butuh prosesnya masing-masing. Penerimaan dan kesabaran menjadi hal yang penting disini. Saling memahami bahwa diri ini merupakan orang yang berbeda yang memiliki karakteristik masing-masing. Saya belajar banyak disini, Saya harap siswa juga demikian.
Penulis : Aulia Denisa Putri, S.Psi. (Konselor Sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe)