Belajar Zakat di Baitul Mal Kota Lhokseumawe
Pada hakikatnya, belajar merupakan suatu proses usaha yang dilakukan individu untuk memperoleh suatu perubahan tingkah laku yang baru keseluruhan, sebagai hasil pengalaman individu itu sendiri dalam interaksinya dengan lingkungan (Moh. Surya, 1981:32). Belajar tak melulu dilaksanakan di sekolah. Proses menimba ilmu dapat dilaksanakan di mana pun dan kapan pun. Salah satu kegiatan belajar yang rutin dan wajib dilaksanakan di Sekolah Sukma Bangsa, yakni kegiatan class visit. Di kegiatan ini, guru dan siswa mengunjungi kantor, lembaga, atau pasar sebagai tempat yang sesuai untuk mencapai tujuan pembelajaran.
Class visit kali ini merupakan kolaborasi mata pelajaran PAI materi “Zakat”, Matematika “Bilangan Pecahan” yang dikaitkan dengan menghitungan jumlah persentase zakat, dan PKn pada materi “hak dan kewajiban”, hak mendapatkana zakat dan kewajiban membayar zakat”. Pelajaran PAI diampu oleh Bapak Munzir, Matermatika oleh Bu Ernita dan PKn saya sendiri Riska Pristiani. Agar belajar semakin berkesan dan mendalam, kami memutuskan untuk melakukan class visit ke Kantor Baitul Mal Lhokseumawe. Dalam pelaksanaan kegiatan tersebut, siswa diharapkan dapat memahami tentang zakat, tata cara membayar zakat, menghitung persentase harta yang wajib membayar zakat dan hak dan kewajiban dalam membayar zakat dan menerima zakat.
Kunjungan kami ke Kantor Baitul Mal dilaksanakan pada hari kamis (16/11/2023) bersama 54 siswa dari kelas VI Baiturrahman dan VI Baiturrahim. Sesampai di sana, kami disambut oleh Waled Isa dan semua karyawannya dengan ramah dan bersahabat, kami pun diarahkan masuk ke ruangan utama, meskipun dengan keterbatasan ruangan namun kami sangat senang karena disambut baik dan diterima berkunjung ke Baitul Mal. Ketika memasuki ruangan, anak-anak menyalami semua Bapak/Ibu yang mengelola Baitul Mal dengan ramah dan tertib sesuai dengan budaya sukma yang telah diterapkan di sekolah. Anak-anak duduk dengan tertib dan menyimak dengan penuh seksama. Yang mengisi acara adalah Waled Isa dan Bapak-bapak yang tergabung dalam struktur organisasi Baitul Mal Kota Lhokseumawe secara bergantian mengisi materi yang sangat bermanfaat bagi kami semua. Baitul Mal adalah pasar islam, terletak di komplek mesjid Islamic Center kota Lhokseumawe.
Sebuah kesempatan berharga bisa melihat langsung bagaimana kinerja di Baitul Mal yang dimana salah satu tempat umat Islam membayar zakat dan dikelola dengan penuh kejujuran dan diberikan secara adil kepada yang masyarakat yang membutuhkan. Waled Isa menjelaskan bagaimana awal berdirinya Baitul Mal ini. Beliau menjelaskan tentang MPU, Mejelis Permusyaratan Ulama, MAA Majelis Adat Aceh, dan Baitul Mal yang merupakan lembaga non pemerintah yang berdiri dibawahnya. Baitul Mal memberikan bantuan dalam bentuk uang dan bangunan seperti bantuan rumah, uang tunai sebagai modal usaha,, usaha jual mie, martabak, sayur berupa zakat dan infak, ada juga bantuan konsumtif 1 juta per KK, bantuan dana santri, beasiswa berbentuk bantuan kitab di pesantren yang ada di Aceh selama 4 tahun lamanya.
Data di kumpulkan dari Tgk Imum, Tuha Pheut gampong memberikan proposal di tahun 2024 untuk permohonan dana. Beliau juga menjelaskan tentang zakat hubungan manusia dengan manusia. Zakat berbeda syarat dengan ibadah-ibadah yang lain, kalau zakat tidak mesti untuk yang sudah baligh, bisa jadi anak tersebut mempunyai harta, warisan dan mencapai nisab 96 gram. Adanya UPZ yaitu “Unit Pengumpulan Zakat”, Infak zakat. Beliau memberikan petuah kepada kami “bantuanlah tolong menolong dalam kebaikan dan taqwa, jangan tolong menolong untuk kejahatan”. Menanamkan berbagi sejak usia dini, dari hal kecil berbagi makanan, agar ternaman jiwa sosial, jiwa kemanusiaan”, tangan di atas lebih baik dari tangan di bawah, pesan Waled Isa. Tugas Baitul Mal adalah mengumpulkan zakat dari para pegawai negeri dan orang orang kaya di kota Lhokseumawe. Jika tidak membayar zakat maka hartanya tidak berkah.
Tibalah sesi tanya jawab yang dipandu oleh Bu Ernita. Bu Ernita memberikan kesempatan bertanya untuk beberapa siswa. Pertanyaan diberikan tertuju kepada Waled Isa. Pertanyaannya yaitu :
- Risya : Jika ada orang islam yang kaya dan sudah baligh namun gak pernah tau tentang zakat, berdosakan orang tersebut?
- Rainayya : Apakah Baitul Mal dapat dipercaya?
- Thufail : Jika orang tua dia baru masuk Islam, apakah dia boleh membayar zakat?
- Syakura : Ada beberapa zakat yang harus disalurkan dari jumlah ekor kambing yang harus bayar zakat?
- Azka : Ketika dia mau bayar terus meninggal, apakah tetap wajib bayar zakat?
- Aqila : Jika ada tetangga kita non muslim berhak menerima zakat?
Jawaban Waled Isa meliputi :
“Kepercayaan masyarakat kota Lhokseumawe. Transparansi pengelolaan zakat harus kita jaga, dana anggaran d transfer k rekening masing masing, dan proposal dari gampong juga di transfer. Baitul Mal sangat dekat dengan jeruji atau hotel Prodia, ucap Waled Isa. Memuliakan tetangga adalah sunnah rasul, orang tua, kerabat, anak yatim, utamakan wajib memberikan kerabat kita yang miskin dari pada tetangga, namun tetap muliakan tetangga. Wajib, jika sudah meninggal maka ahli waris yang melakukannya”. Penjelasan Waled Isa sangat detail. Terlihat anak-anak sangat antusias menyimak dan bertanya, ini membuktikan bahwasanya anak-anak terlibat aktif dalam kegiatan class visit.
Kegiatan ini berakhir 20 menit menjelang shalat zhuhur. Sebelum kembali ke sekolah, kami pun menunaikan ibadah shalat zhuhur berjamah di mesjid Islamic Center. Manfaat yang kami dapatkan dalam kegiatan ini menambah wawasan kami dalam memahmi zakat, dan kenapa alasan yang kuat mengapa harus membayar zakatnya langsung ke Baitul Mal, karena ternyata Baitul Mal mampu mengelola zakat dengan penuh amanah. Sekian, terimakasih.
Penulis : Riska Pristiani, S.Sosio (Guru PKN SD Sukma Bangsa Lhokseumawe)