Belajar Rangkaian Prosesi Pengurusan Jenazah
Rabu, 15 Maret 2023, tepat pukul delapan kurang lima belas menit saya sudah berada di dalam perpustakaan sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe untuk belajar pelajaran Pendidikan Agama Islam. Pelajaran ini diampu oleh saya sendiri, Hidayatul Fitri, S.Pd.
Hari ini merupakan hari pelaksanaan kegiatan Guest Teacher untuk pelajaran Pendidikan Agama Islam pada materi “Pengurusan Jenazah” yang dikhususkan bagi seluruh siswa kelas XI IPA dan IPS. Program guest teacher merupakan sebuah kegiatan yang wajib dilakukan oleh guru di sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe. Dalam kegiatan ini berarti setiap guru yang mengadakannya akan mengundang salah seorang tamu yang berprofesi atau memiliki keahlian dibidang yang sesuai dengan materi yang akan dipelajari.
Berbicara tentang pengurusan jenazah, terlebih dahulu berarti berbicara tentang kematian yang mutlak menjadi sebuah misteri Ilahi yang tidak pernah ada bocorannya. Sebanyak apapun harta yang kita miliki tak bisa membeli petunjuk kapan manusia akan kembali. Tidak juga mampu memberi kisi-kisi bagaimana kita akan mati. Maka daripada itu mempersiapkan diri selayak mungkin merupakan langkah terbaik untuk kembali pulang ke pangkuan-Nya dengan husnul khatimah. Sebab Allah telah berjanji dalam firman-Nya:
كُلُّ نَفْسٍ ذَاۤىِٕقَةُ الْمَوْتِۗ ثُمَّ اِلَيْنَا تُرْجَعُوْنَ
Artinya: “Tiap-tiap yang berjiwa akan merasakan mati. Kemudian hanyalah kepada Kami kamu dikembalikan”. (Qs. Al-Ankabut/29: 57)
Yakni di mana pun kita berada, maut pasti akan mendapati kita. Maka jadilah kita orang-orang yang selalu berada dalam ketaatan kepada Allah dimanapun kita berada, sesuai dengan apa yang diperintahkan Allah kepada kita. Karena sesungguhnya hal ini lebih baik bagi manusia, sebab maut pasti akan menjemput kita tanpa bisa dielakkan. Kemudian hanya kepada Allah-lah kita dikembalikan. Barang siapa yang selalu taat kepada-Nya, maka Dia akan membalasnya dengan balasan yang sebaik-baiknya dan memberikan pahalanya dengan penuh.
Kegiatan “Pengurusan Jenazah” dalam Islam tentu menjadi sebuah hal yang amat penting untuk diketahui dan dipelajari agar dapat diaplikasikan dalam kehidupan. Karena pada dasarnya pelajaran Pendidikan Agama Islam merupakan pelajaran yang tidak pernah terlepas pengimplementasiannya dalam kehidupan sehari-hari manusia. Maka dalam hal ini, saya turut mengundang seorang yang ahli dibidang tersebut yaitu Tgk. Mauliadi, S.Sy. beliau merupakan ketua penyuluh agama Islam Baktiya Aceh Utara.
Jam menunjukkan pukul 07.55 artinya kegiatan akan segera dimulai lima menit lagi. Dalam waktu yang sama seluruh siswa telah berkumpul dan duduk rapi dalam barisan yang terpisah antara siswa laki-laki dan perempuan sesuai dengan instruksi sembari menunggu kegiatan dimulai. Tepat pukul 08.00 kegiatan pembukaan saya mulai dengan terlebih dahulu menginformasikan profil dan rundown kegiatan hari ini serta hal-hal terkait dengan pemateri yang perlu diketahui oleh siswa.
Pada kegiatan kali ini dari keseluruhan tiga kelas, ada 9 siswa yang tidak hadir, dengan keterangan 7 siswa sakit, 2 siswa izin. Pada pertemuan sebelumnya kami telah menyepakati beberapa hal terkait pelaksanaan kegiatan hari ini berupa; membawa kain batik, sarung tangan medis, kapas, tali yang merupakan potongan dari kain. Bahan-bahan tersebut akan digunakan untuk praktik pada kegiatan hari ini.
Kegiatan bersama pemateri kali ini mulai 08.00 sampai dengan 10.00 atau 3 jam pelajaran. Selama kegiatan bersama pemateri, kegiatan dibagi menjadi 5 sesi yaitu, sesi pertama, penyampaian materi sekaligus pre-test lisan yang dilakukan secara acak oleh pemateri. Sesi kedua, kegiatan praktik memandikan jenazah. Kegiatan ini dilakukan di luar ruangan perpustakaan tepatnya di halaman depan perpustakaan. Sesi ketiga, praktek mengkafani jenazah yang dilakukan di dalam ruangan perpustakaan kembali. Sesi keempat, praktik shalat jenazah. Kemudian sesi kelima, diisi dengan tanya jawab oleh siswa pada pemateri dan sebaliknya.
Sesi pertama dimulai, sepuluh menit sebelum pemateri menyampaikan materinya, beliau mengetes secara acak siswa-siswa dengan pertanyaan-pertanyaan dasar seputaran materi pengurusan. Dalam waktu sesingkat 10 menit tersebut hampir setengah siswa menerima pertanyaan dari sejumlah 78 siswa gabungan kelas IPA dan IPS yang hadir hari ini. Kondisi awal siswa sangat antusias dalam mengikuti tahap rangkaian kegiatan ini.
Selanjutnya pemateri mulai menjelaskan kepada siswa hal-hal terkait pengurusan jenazah seperti bagaimana langkah pertama yang harus dilakukan ketika mendapati orang meninggal, dan cara cara mengurusinya terutama bagian menutup aurat si mayat apabila pada saat kematiannya terbuka auratnya. Kemudian pemateri juga menjelaskan rentetan alur pengurusan jenazah yang mencakup; mentalkinkan saat seseorang sedang mengalami sakaratul maut, kemudian memastikan jika seseorang tersebut benar telah meninggal, dan ketika dirasa benar maka segera melaksanakan pengurusannya. Dimulai dari memandikannya, mengafani, menyalatkan, hingga menguburkannya. Kegiatan sesi pertama berlangsung dengan sangat baik, perhatian siswa semuanya tertuju serius pada pemaparan pemateri hingga proses penyampaian materi selesai.
Selanjutnya memasuki sesi kedua yaitu, praktek memandikan jenazah. Pada kegiatan ini, saya guru yang menghandle kegiatan ini sekaligus merangkap sebagai MC mengarahkan seluruh siswa untuk keluar dari perpustakaan menuju halaman depan perpustakaan untuk melaksanakan kegiatan praktek memandikan jenazah. Pada prosesi ini yang bertindak sebagai jenazah adalah salah seorang siswa bernama Muhammad Farid Al Fayyadh dari kelas IPA Dmitri Mendeleev dengan sukarela menawarkan dirinya untuk menjadi jenazah dalam kegiatan demonstrasi pemandian jenazah ini. Farid, yang sudah mengenakan pakaian bebas sopan, berbaring di atas meja yang telah disusun berjajar rapi di hadapan siswa.
Pada sesi ini, pemateri dibantu oleh beberapa siswa, ada Rayyan yang bertugas mengguyurkan air ke atas tubuh model jenazah, Alfarishi bertugas memangku kepala jenazah, Defa bertugas menggosok membersihkan tubuh jenazah, dan Ghozy yang bertugas membantu hal-hal yang dibutuhkan lainnya. Sembari siswa mendemonstrasikan praktik pemandian jenazah sesuai arahan pemateri, beliau juga memberi penjelasan-penjelasan penting tentang setiap tindakan praktik yang sedang dilakukan oleh siswa. Kegiatan berlangsung selama 25 menit dengan suasana yang sangat kondusif.
Kemudian lanjut sesi ketiga, pada sesi ini siswa semuanya diinstruksikan kembali ke dalam ruang perpustakaan untuk mendemonstrasikan praktek mengkafani jenazah (laki-laki). Kali ini yang bertugas sebagai model jenazah yang akan dikafani adalah Raja Habibi dari kelas IPS Carl Ritter. Pada sesi demonstrasi praktek mengkafani jenazah ini siswa ikut andil di dalamnya, ada Faiz Abrar dan Rifqi Alvin yang ikut membantu sementara pemateri menjadi pemandu yang menjelaskan step-step yang harus dilakukan mereka.
Mulanya pemateri mengarahkan Faiz dan Alvin untuk meletakkan lima utas tali di atas tikar yang ukurannya 3 panjang dan 2 pendek. Sebanyak 3 tali Panjang diletakkan di bagian siku, pinggang, dan lutut. Sedangkan 2 tali pendek diletakkan dibagian ujung kepala dan ujung kaki. Selanjutnya mengarahkan siswa untuk membentangkan 3 helai kain diatas tali-tali yang sebelumnya telah disusun. Setelah semuanya rampung, Habibi (model mayit) dipersilakan berbaring diatasnya. Kemudian Faiz dan Alvin kembali diarahkan menutup semua lubang pada si mayit dengan memasukkan kapas ke dalamnya. Pada praktik ini, kapas hanya dimasukkan ke dalam hidung dan tempat-tempat lainnya yang dapat terlihat oleh siswa, sedangkan pada bagian lain (dubur, dll) hanya dijelaskan saja secara umum kepada siswa. Selanjutnya setelah semua kapas selesai dimasukkan, Habibi segera dibungkus dengan kain kemudian bungkusan mayat tersebut diikat dengan lima utas tali yang terbuat dari potongan kain sepanjang.
Sesi tiga selesai, Habibi telah dibungkus sesuai dengan arahan pemateri. Sekarang sudah jam 09.17 waktunya memasuki sesi keempat yaitu praktek menyalati jenazah. Pada prosesi ini seluruh siswa laki-laki dan perempuan diinstruksikan untuk berdiri melakukan praktik shalat jenazah yang diimami oleh Muhammad Alfarishi. Dari seluruh siswa ada 6 shaf yang terbentuk, 3 shaft laki-laki dan 3 shaf perempuan. Seluruh siswa melakukan praktek shalat jenazah dan melafalkan bacaan setiap takbir dengan suara keras secara serentak. Setelah empat takbir selesai, pemateri memerintahkan imam untuk membacakan doa setelah shalat jenazah. Alfarishi sedikit terkejut karena ia tidak bisa menghafalnya, akhirnya doa tersebut dipandu oleh pemateri dan diikuti oleh seluruh siswa dengan gemuruh suara aamiin.
Rangkaian menyalati jenazah selesai, pemateri mengambil alih kegiatannya. Pada waktu ini pemateri meminta kesediaan siswa secara acak yang dipilihnya untuk maju ke depan melaksanakan prosesi pelepasan jenazah. Dalam hal ini, Said Zafri Mufadzal terpilih oleh pemateri untuk menyampaikan kata-kata pelepasan terakhir mewakili pihak keluarga si mayit. “Tengku Said, silakan maju ke depan” kata pemateri mempersilakan. Dengan sangat siap tanpa penolakan, Said segera bangkit dari duduknya dan berdiri di hadapan seluruh siswa yang lain untuk memulai pidato singkatnya. Didampingi oleh Muhammad Suhaimi yang tiba-tiba berperan sebagai anak dari si mayit, dengan ekspresi wajah yang dibuatnya sedih tapi tetap terlihat lucu oleh teman-temannya yang mengundang gelak tawa seluruh siswa.
Selanjutnya memasuki sesi terakhir yaitu tanya jawab. Dari sejumlah 78 siswa ada sebanyak 5 orang siswa yang mengajukan pertanyaan, ditambah 1 orang kepala perpustakaan pun ikut bertanya. Pertanyaan pertama langsung diajukan oleh kepala perpustakaan yaitu bu Ernawati yang akrab disapa Bunda Erna “Sesuai pengalaman pribadi, saya pernah diberi rezeki oleh Allah untuk dapat berkunjung ke tanah suci, saya pernah melaksanakan shalat jenazah di sana, tapi pada setiap takbir saya hanya membaca Al-Fatihah saja karena tidak bisa menghafal doa shalat jenazah. Apakah shalat jenazah saya sah?” Tanya Bunda Erna. Dengan segera, pemateri langsung menjawab sigap “Sah, karena doa tersebut adalah sunnah.” Pertanyaan kedua oleh siswa bernama Raisa Nazifa dari kelas IPA Dmitri, “Mengapa tali pocong atau tali ikatan kafan harus dilepaskan jika mayatnya dikuburkan?” Pemateri menjawab “Jika tidak dilepaskan juga tidak apa-apa, tetapi lebih afdhal untuk dilepaskan karena hukumnya sunnah. Namun sunnahnya tidak ada alasan, karena “As-alu laa yus-al” yaitu barang-barang yang tidak mempunyai alasan.” Pertanyaan ketiga oleh Syahnaz perwakilan kelas IPA Dmitri, “Bagaimana cara memandikan orang meninggal yang sedang dalam keadaan haid? Apakah sama seperti memandikan jenazah pada umumnya?” Tanya Syahnaz yang mewakili seluruh isi hati setiap siswa perempuan lainnya. “Cukup dengan dua niat. Niat memandikan dan niat mewudhukan. Orang haid saat sudah meninggal maka darahnya otomatis sudah berhenti.” Tegas Ustad Mauliadi dengan sangat jelas.
Selanjutnya pertanyaan keempat dari Defa perwakilan kelas XI IPA Nikola “Bagaimana jika ahli waris tidak mampu membayar hutang si mayit?” Keinginan dari pertanyaan ini muncul saat ia mendengar pidato pelepasan jenazah yang berisi permintaan maaf dari pihak keluarga atas si mayit dan memohon dijumpai oleh siapa yang memiliki sangkut paut hutang yang ada pada si mayit. Dengan jelas ustadz menjawab “Jika si mayit semasa hidupnya ada rencana mau membayar hutang, maka tidak dituntut ia oleh Allah untuk membayarnya. Namun jika tidak ada niat ia untuk membayarnya maka jiwanya akan tergantung antara dunia dan akhirat.” Terang ustad, yang membuat seluruh audiens merasa resah dengan kasus hutang piutang. Selanjutnya pertanyaan kelima oleh Khaira dari kelas XI IPS Dmitri “Jika mayit meninggal tidak dalam keadaan yang utuh, misalnya anggota tubuhnya terpisah-pisah hancur, bagaimana cara pengurusan jenazahnya?” Kejadian seperti ini tentu pernah kita dapati di berbagai tempat dengan keadaan tertentu, merupakan hal yang sangat wajar dan analisis saat siswa mempertanyakan hal tersebut. Menanggapi pertanyaan Khaira, ustad dengan siap menjawab “Jika keadaannya demikian (hancut) maka tidak wajib memandikannya. Namun jika yang terdapat ada potongan kaki atau tangannya saja misalnya, cukup dikumpulkan saja dan dimandikan sekalian.” Terakhir adalah pertanyaan Ulvi perwakilan dari kelas IPS Carl “Bagaimana jika seseorang meninggal sedang dalam keadaan tidak ada air?” Dalam hal ini ustad memberi gambaran dengan mendeskripsikan bisa jadi pada saat itu keadaan sedang dalam masa kekeringan dan tak ada air dalam jangkauan dekat yang memungkinkan untuk dapat diambil airnya maka jenazahnya boleh ditayamumkan. Sesi tanya jawab berlangsung sangat aktif, terlihat antusiasnya siswa dalam bertanya jawab bersama pemateri hingga sesi ini pun selesai.
Selesai sudah semua rangkaian kegiatan, tibalah di penghujung sesi hari ini dengan waktu 5 menit tersisa. Sebagai bagian dari penutup, pemateri memberikan beberapa nasihat kepada para siswa diantaranya bahwa “belajar tidak akan pernah ada masa akhirnya, meskipun pada kenyataan praktik pengurusan jenazah merupakan fardhu kifayah namun mempelajarinya merupakan fardhu ‘ain bagi setiap umat manusia”. Berakhir sudah, semua rangkaian kegiatan telah selesai dengan sesuai harapan dan memuaskan. Bagi saya pribadi ada banyak hal yang bisa saya dapatkan pada kegiatan guest teacher kali ini. Pertama, saya menemukan kekompakan siswa yang cukup baik untuk menciptakan sebuah hasil kerja yang memuaskan. Kedua, saya mengakui dengan adanya kegiatan belajar yang seperti ini tidak hanya mampu memberikan pemahaman materi saja kepada siswa namun juga mengajarkan setiap siswa tentang pentingnya kerjasama yang baik dalam team serta mendapat pemahaman yang lebih luas dari pemateri ahli. Ketiga, saya menyadari kekurangan saya sebagai pengajar dan pembelajar untuk terus melatih diri menjadi lebih kreatif lagi dalam menyajikan setiap pembelajaran agar tidak monoton dan terasa membosankan bagi siswa. Keempat, memberikan suasana baru kepada siswa untuk dapat merasakan belajar bersama pemateri dari luar yang juga ahli pada bagian tertentu.
Penulis : Hidayatul Fitri, S.Pd. (Guru Pendidikan Agama Islam, SMA Sukma Bangsa Lhokseumawe)