Belajar Kearifan Lokal dan Budaya Nusantara Melalui Pentas Seni
Pentas seni (pensi) merupakan salah satu kegiatan rutin di Sekolah Sukma Bangsa. Pensi menjadi sangat ‘ditunggu-tunggu’ oleh siswa maupun guru karena di kegiatan inilah seluruh siswa menampilkan penampilan terbaiknya di bidang seni. Pentas seni tahun ini diadakan pada hari Kamis (2/11/2023) di ruang serbaguna Sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe. Kegiatan ini diikuti oleh seluruh siswa SD, SMP, SMA, guru dan seluruh karyawan di Sekolah Sukma Bangsa Lhokseumawe.
Tak sekedar penampilan seni, kegiatan ini juga merupakan projek kolaborasi beberapa mata pelajaran sejalan dengan pelaksanaan projek P5 pada Kurikulum Merdeka. Kolaborasi tersebut adalah mata pelajaran SBdP di kelas 10, Seni Budaya, Prakarya, Global Perspective pada kelas 11 dan 12. Dikutip dari laman Merdeka Mengajar, Projek Penguatan Profil Pelajar Pancasila (P5) merupakan upaya untuk mendorong tercapainya Profil Pelajar Pancasila dengan menggunakan paradigma baru melalui pembelajaran berbasis projek. Dengan dilaksanakan P5, diharapkan dapat memberikan kesempatan kepada peserta didik untuk “mengalami pengetahuan” sebagai proses penguatan karakter, sekaligus kesempatan untuk belajar dari lingkungan sekitarnya.
“Pensi menjadi sarana bagi siswa dalam menunjukkan bakat yang dimiliki. Pensi dapat meningkatkan kepercayaan diri anak dan mengenal budaya secara mendalam. Yang membedakan pensi kali ini adalah ada internalisasi budaya lokal tepatnya budaya Aceh dalam setiap penampilan. Anak-anak belajar tentang bahasa daerah dan budaya daerah Aceh. Di samping itu kegiatan pensi juga mampu melatih siswa dalam public speaking. Anak yang tampil di pentas seni tidak hanya menampilkan pertunjukan sesuai script, tapi juga perlu memperkenalkan dirinya terlebih dahulu dan menjelaskan sedikit tema yang akan ditampilkan.” ungkap Kepala SMA Sukma Bangsa Lhokseumawe.
Pensi tahun ini mengusung tema nusantara dengan paduan tema kearifan lokal pada Projek P5. Dengan tema tersebut seluruh penampilan seni yang disuguhkan siswa merupakan kombinasi budaya dan seni dari Aceh dan Indonesia. Tarian, paduan suara, drama musikal yang dibawakan semua mengandung nilai seni, budaya, bahkan sejarah Aceh dan Indonesia. Melalui tampilan ini siswa dan guru bukan hanya sekedar menikmati penampilan seni, tetapi juga belajar banyak hal baru.
Sebagai contoh, penampilan drama musikal oleh Kelas XII Batman yang berjudul Putri Meuligoe. Penampilan ini erat kaitannya dengan kearifan lokal karena mengisahkan perjuangan Wanita Aceh dalam melawan penjajahan Belanda. Penampilan apik siswa yang menyuguhkan cerita sejarah perjuangan melalui drama, tarian, dan musik patut diacungi jempol. Siapa pun yang menyaksikannya akan belajar sejarah secara tak langsung sambil menikmati tampilan seni. Tak hanya itu, penampilan medley paduan suara lagu daerah, diiringi tarian daerah, serta siswa yang menggunakan kostum khas daerah juga menjadi media bagi siswa untuk belajar budaya dan seni daerah yang ada di Indonesia. Memberikan contoh nyata bahwa Indonesia kaya dengan beragam budaya.
“All genuine learning comes through experience. -John Dewey” Semua pembelajaran yang asli dan murni berasal dari pengalaman. Melalui quotes tersebut tergambar jelas bahwa siswa akan belajar lebih baik jika mereka secara langung terlibat, merasakan, dan mengalami sendiri apa yang sedang dipelajari. Siswa belajar tentang kearifan lokal dan budaya nusantara melalui pentas seni jelas memberikan kesan belajar yang mendalam bagi mereka. Sebelum penampilan, siswa melalui proses yang cukup panjang. Mulai dari mempelajari jenis seni yang akan ditampilkan, menyusun skema penampilan, penyiapkan properti, hingga konstum untuk penampilan. Dalam proses persiapan tersebut siswa juga belajar berdiskusi dan saling mendengarkan pendapat untuk mencapai tujuan yang sama.
Melalui kegiatan tersebut dapat disimpulkan bahwa proses belajar kini tak lagi tentang buku, ceramah guru, dan siswa yang menunggu. Namun proses belajar bisa dengan bentuk kegiatan apa pun di luar kelas yang dirancang dengan kreatif, terkonsep, dan penuh pengalaman. Semoga kegiatan belajar dengan ‘mengalami’ secara langsung dapat memberikan kesan yang berbeda dan memotivasi siswa untuk terus belajar, di mana saja, kapan saja, dengan siapa saja. Esensi belajar bukan hanya tentang apa yang dipelajari, namun tentang bagaimana individu belajar dengan memanfaatkan apapun yang ada di sekitarnya sehingga melekat ke dalam dirinya.
Penulis : Suci Aulia Zahman, S.Pd (Guru Bahasa SMA Sukma Bangsa Lhokseumawe)